Oleh : Ma’zumi
Nabi
Muhammad Saw diberikan oleh Allah SWT dengan berbagai macam Mu’jizat yang
menambahkan keimanan bagi orang-orang yang beriman. Salah satunya adalah
tentang peristiwa Isra’ Mi’raj. Tidak sedikit yang menentang, mencemooh dan
mengingkari tentang persitiwa tersebut dengan mengatakan bahwa beliau berdusta
dan merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Akan tetapi hal ini dibenarkan
oleh Sahabat Abu Bakar sehingga ia diberi gelar Ash-Shiddiq (yang
membernarkan), hal ini juga menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman untuk
lebih menambahkan keimanan kepada Rasul sebagai utusan Allah SWT.
Peristiwa
yang terjadi pada tanggal 27 Rajab, yakni satu tahun sebelum beliau Hijrah
ke Madinah tersebut beliau di-Isra’kan
oleh Allah SWT dari Mekkah menuju Baitul Maqdis di Palestina dan sesudah itu
Mi’raj (naik dengan tubuh dan ruhnya) dari Baitul Maqdis menuju langit, sampai
ke langit ke tujuh. Lalu naik lagi sampai ke Mustawa hingga Sidratul Muntaha,
dimana beliau ketika itu menerima perintah shalat sehari semalam selama 5
waktu.
Tentu
peristiwa tersebut bukan merupakan hal yang sia-sia bagi Rasul, karena selain
merupakan Hiburan baginya, persitiwa tersebut juga merupakan momen penting
dalam sejarah awal mula ditetapkannya secara qath’i (pasti) jumlah
ibadah (shalat) dalam sehari semalam bagi kaum muslimin. Hal ini disebutkan
dalam Hadits Bukhari no.336 yang diterangkan di dalamnya bahwa beliau menerima
perintah shalat 50 kali sehari, hingga jumlah tersebut menjadi 5 kali sehari.
Karena
begitu pentingnya ibadah shalat tersebut, maka Rasulullah Mi’raj untuk menerima
perintah shalat lima waktu. Poin penting dalam peristiwa tersebut adalah bahwasanya
Rasulullah Saw menerima perintah shalat sebagai Ibadah yang di dalamnya kita
dapat berkomunikasi langsung dengan Allah SWT. Atau lebih mudahnya kita katakan
bahwa shalat adalah mi’rajnya orang beriman, karena beliau pernah bersabda bahwa
“shalat itu adalah mi’raj-nya orang-orang mukmin”. Yaitu naiknya jiwa
meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat
Allah.
Harus
disadari betul bagi kita sebagai orang beriman bahwa shalat memiliki keutamaan
yang begitu besar dampaknya bagi kehidupan sehari-hari, baik dilihat dari segi
medis maupun dilihat dari segi pahala orang yang melaksanakan shalat. Telah
terang bagi kita bahwa banyak ayat-ayat Alqur’an dan Hadits yang berbicara
tentang pentingnya shalat, mengingat pahala yang begitu besar jika
melaksanakannya. Akan tetapi ancaman dosa besar juga akan diterima bagi
orang-orang yang melalaikan dan meninggalkan shalat, seperti yang tersebut di
dalam Surat Al-Ma’un ayat 4-6.
Menjadi
hal yang kontradiktif apabila kita dengan sangat mudah meninggalkan shalat
bahkan melalaikannya. Karena di dalam kitab Al-Kabair karya Syaikhul Islam
Al-Imam Al-Hafidz Syamsuddin Adh-Dzahabi bahwa meningglakan shalat termasuk
salah-satu dari dosa besar. Rasulullah Saw bersabda, “Jauhilah tujuh perkara
yang merusak! Lalu beliau menyebutkan : Syirik kepada Allah SWT, membunuh jiwa
yang diharamkan oleh Allah kecuali karena alasan yang dibenarkan, memakan harta
anak yatim, memakan riba, meninggalkan medan perang, dan menuduh wanita mukminah
baik-baik berzina” (HR.Bukhari).
Ibnu
Abbas r.a berkata, “Kabair (dosa-dosa besar) itu jumlahnya lebih dekat kepada
tujuh puluh daripada tujuh”. Lalu Imam Adh-Dzahabi berkomentar, “Demi Allah
ucapan Ibnu Abbas diatas benar adanya, harus diterima pula bahwa kabair yang
satu bisa lebih besar dibandingkan
dengan kabair yang lain”. Dan meninggalkan shalat merupakan kabair keempat
setelah syirik, membunuh dan sihir.
Allah
SWT berfirman, “maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan
menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal
shaleh” (Qs. Maryam). Ibnu Abbas berkata, “makna menyia-nyiakan shalat
bukanlah meninggalkannya sama sekali. Tetapi mengahirkannya dari waktu yang
seharusnya”.
Imam
Para Tabi’in, Sa’id bin Musayyib berkata, “maksudnya adalah orang itu tidak
melakukan shalat dzuhur sehingga datang waktu ashar. Tidak mengerjakan shalat
ashar hingga datang maghrib. Tidak shalat maghrib hingga menjelang Isya’. Tidak
shalat Isya sampai menjelang Fajar. Tidak shalat shubuh sampai menjelang
matahari terbit. Barang siapa mati dalam keadaan terus menerus melakukan hal
ini dan tidak bertaubat, Allah menjanjikan baginya Ghayy, yaitu lembah di Neraka
Jahannam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya”.
Rasulullah
Bersabda, “Barang siapa menjaganya (shalat) maka ia akan memiliki cahaya,
bukti dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedangkan yang tidak menjaganya
maka tidak akan memiliki cahaya, bukti dan keselamatan pada hari itu. Pada hari
itu ia akan dikumpulkan bersama Fir’aun, Qarun, Haman dan Ubay bin Khalaf”
(HR. Ahmad). Umar Bin Khattab Berkata, “sesungguhnya tidak ada tempat dalam
Islam bagi yang menyia-nyiakan shalat”.
Sebagian
Ulama berkata, “orang-orang yang meninggalkan Shalat dikumpulkan dengan empat
orang itu karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan,
pangkat/jabatan dan perniagaan dari shalat. Jika ia disibukkan dengan hartanya
maka ia akan dikumpulkan dengan Qarun, jika disibukkan dengan kekuasaannya ia
akan dikumpulkan bersama Fir’aun, jika ia disibukkan dengan pangkat/jabatan ia
akan dikumpulkan bersama Haman. Dan jika ia disibukkan dengan perniagaannya
akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Mekkah
pada saat itu”.
Sungguh
shalat disamping merupakan amal ibadah yang sangat besar pahalanya juga
merupakan dosa besar apabila melalaikan atau meninggalkannya. Karena shalat
merupakan amal Ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat, “Amal yang
pertama kali dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalatnya, jika
shalatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia. Sebaliknya jika rusak,
sungguh telah gagal dan merugilah ia” (HR. Al-Baihaqi).
Sebagai
mukmin hendaklah bagi kita memanfaatkan momen Isra’ Mi’raj ini sebagai langkah
muhasabah diri terhadap amal ibadah kita, khususnya shalat. Terkadang kita
lalai dengan mempersiapkan berbagai acara untuk menyambut momen Isra’ Mi’raj
akan tetapi esensi dari acara tersebut belum kita dapatkan, yaitu berupa amal
ibadah shalat sebagai ruh dalam beribadah dan kehidupan. Allah SWT menegaskan
dalam Al-qur’an bahwa hendaknya kita meminta pertolongan kepada-Nya dengan
Sabar dan Shalat (Qs. Al-Baqarah : 153). hal ini sudah cukup menunjukkan kepada
kita bahwa shalat adalah solusi hidup bagi orang-orang beriman.
catatan : terbit di Radar Banten
No comments:
Post a Comment