FIR’AUN YANG BERIMAN
Tahukah anda, bahwasanya fir’aun
yang selama ini kita kenal sebagai raja yang membangkang Allah dan berlaku lalim
pada kaumnya itu ternyata orang yang beriman. Mungkin ada sebagian pembaca yang
penasaran atau sedikit keberatan ketika artikel ini memberikan pernyataan bahwa
fir’aun itu beriman. Dan semua ini saya ambil dari Al-qur’an sebagai referensi.
Jikalah Al-qur’an yang berbicara maka tiada yang bisa membantah.
Apa itu fir’aun dan siapa ia
sebenarnya? Asal mula gelar fir’aun terjadi pada masa awal-awal perkembangan
masyarakat lembah sungai NIL yang sangat subur yang bercorak pertanian. Untuk
pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan
kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya karena
tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam dalam struktur masyarakat
mesir kuno saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur
batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat
Tetua masyarakat itu diberi gelar pharao
yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, pharao ini
diangkat menjadi raja yang pada masa itu sebagai pemimpin negara dan pemimpin
keagamaan.
Fir’aun adalah gelar yang dalam
diskusi dunia modern digunakan untuk seluruh penguasa Mesir kuno dari semua
periode. Dahulu, gelar ini mulai digunakan untuk penguasa yang merupakan
pemimpin keagamaan dan politik kesatuan mesir kuno. Secara sederhana, terdapat
kesepakatan umum di antara penulis modern untuk menggunakan istilah ini untuk
merujuk penguasa mesir semua periode.
Fir’aun yang dalam sejarah adalah
raja yang sangat angkuh, dengan keangkuhannya ia mengakui dirinya sebagai
Tuhan. Hal tersebut yang membuat Nabi Musa dan Harun menentangnya dengan tegas
atas perintah Allah yang diberikan kepada dirinya.
Terdapat banyak nash di dalam
Al-qur’an yang menceritakan tentang fir’aun dan Nabi Musa, serta pengakuannya
sebagai orang yang beriman.
Bantahan Fir’aun, Nabi Musa berkata
“lepaskanlah bani israil (pergi) bersama kami.” Fir’aun menjawab “bukankah kami
telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih
kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.” Dan engaku Musa telah melakukan (kesalahan
dari) perbuatan yang telah engkau lakukan, dan engaku termasuk orang yang tidak
tahu berterima kasih.” (QS.Asy-Syu’ara : 17-19).
Mu’jizat Nabi Musa, “mereka para
pesihir berkata, wahai Musa..! engkaukah yang akan melemparkan lebih dahulu,
atau kami yang melemparkannya?” dia (Musa ) menjawab “lemparkanlah (lebih
dahulu) !” maka setelah mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang banyak
dan menjadikan orang banyak itu takut, karena mereka memperlihatkan sihir yang
hebat”. Dan Kami wahyukan kepada Musa, “lemparkanlah tongkatmu..!” maka
tiba-tiba ia menelan (habis) segala kepalsuan mereka. Maka terbuktilah
kebenaran dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia.” (Qs.Al-A’raf :
115-118)
Kesombongan fir’aun, dengan
kesombongannya fir’aun meminta agar Haman (orang terdekat fir’aun) untuk
membuatkan bangunan yang tinggi agar bisa melihat Allah SWT. Dan Fir’aun
berkata “wahai Haman, Buatkanlan untukku sebuah bangunan yang tinggi, agar aku
sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat
tuhannya musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta.” (Qs.Ghafir :
36-37).
Dan Fir’aun berkata, “wahai para
pembesar kaumku ! aku tidak mengetahui ada tuhan bagimu selain aku. Maka bakarkanlah
tanah liat untukku wahai haman! (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah
bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat tuhannya Musa, dan aku
yakin bahwa dia termasuk pendusta.” (Qs.Al-qasas : 38)
Keimanan fir’aun, fir’aun menjelang
ajalnya mengakui Allah dan mengimani-Nya ketika ajal menjemputnya di tengah
laut merah. “ kami selamatkan bani israil melintasi laut, kemudian fir’aun dan
bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzhalami dan menindas (mereka).
Sehingga ketika fir’aun hampir tenggelam dia berkata “aku percaya bahwa tiada
tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh bani Israil, dan aku termasuk
orang-orang muslim (berserah diri). Kemudian Al-qur’an berkata ” Mengapa baru
sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak
dahulu, dan engkau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
“maka pada hari ini kami selamatkan
jasadmu, agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan)
kami.” (Qs. Yunus : 90-92).
Bisa kita ambil beberapa ibrah dari
kisah diatas. pertama, hancurnya setiap kesombongan. Kesombongan adalah menolak
kebenaran, manusia yang mempunyai sifat sombong sejatinya menolak kebenaran
dari apa yang diberikan Tuhan kepadanya. Jika kesombongan Fir’aun yaitu tidak
mau bersujud kepada Tuhan sehingga mengakui dirinya adalah tuhan, maka
kesombongan manusia zaman sekarang adalah tidak ingin sujud kepada Tuhan,
bermalas-malasan dalam beribadah seperti shalat, sedekah dan sebagainya. Karena
yang berhak sombong adalah Allah Swt.
Kedua, keimanan Fir’aun yang
terlambat. Al-qur’an berkata “mengapa baru sekarang kamu beriman, padahal
engkau telah durhaka sejak dahulu” ini bisa dijadikan sebagai tamsil bagi
kehidupan muslim masa kini, yang dengan masa mudanya mereka rela membuang-buang
waktu dan mengabaikan perintah agama. Sehingga dengan mudahnya mereka
mengatakan selagi masih muda, perbanyak dosa dan kesenangan hidup, karena
taubat itu cukup di masa tua. Coba kita renungi nasehat demikian “Banyak orang
berpikir bagaimana cara hidup yang baik, tapi mereka lupa bagaimana cara mati
yang baik “ (KH.Hasan Abdullah Sahal).
Ketiga, Allah menjadikan kisah-kisah
di dalam Al-qur’an sebagai contoh dan bukti bagi generasi kehidupan setelahnya
(sekarang) agar mengambil pelajaran,
bahwa kaum-kaum yang membangkang Allah, akan dilenyapkan dimuka bumi ini dan
Allah akan mewariskan dunia kepada
hamba-Nya yang shaleh (Qs.Al-anbiya : 105).