Friday, April 3, 2015

Fir'aun Yang Beriman



FIR’AUN YANG BERIMAN

            Tahukah anda, bahwasanya fir’aun yang selama ini kita kenal sebagai raja yang membangkang Allah dan berlaku lalim pada kaumnya itu ternyata orang yang beriman. Mungkin ada sebagian pembaca yang penasaran atau sedikit keberatan ketika artikel ini memberikan pernyataan bahwa fir’aun itu beriman. Dan semua ini saya ambil dari Al-qur’an sebagai referensi. Jikalah Al-qur’an yang berbicara maka tiada yang bisa membantah.
            Apa itu fir’aun dan siapa ia sebenarnya? Asal mula gelar fir’aun terjadi pada masa awal-awal perkembangan masyarakat lembah sungai NIL yang sangat subur yang bercorak pertanian. Untuk pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya karena tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam dalam struktur masyarakat mesir kuno saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat
            Tetua masyarakat itu diberi gelar pharao yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, pharao ini diangkat menjadi raja yang pada masa itu sebagai pemimpin negara dan pemimpin keagamaan.
            Fir’aun adalah gelar yang dalam diskusi dunia modern digunakan untuk seluruh penguasa Mesir kuno dari semua periode. Dahulu, gelar ini mulai digunakan untuk penguasa yang merupakan pemimpin keagamaan dan politik kesatuan mesir kuno. Secara sederhana, terdapat kesepakatan umum di antara penulis modern untuk menggunakan istilah ini untuk merujuk penguasa mesir semua periode.
            Fir’aun yang dalam sejarah adalah raja yang sangat angkuh, dengan keangkuhannya ia mengakui dirinya sebagai Tuhan. Hal tersebut yang membuat Nabi Musa dan Harun menentangnya dengan tegas atas perintah Allah yang diberikan kepada dirinya.
            Terdapat banyak nash di dalam Al-qur’an yang menceritakan tentang fir’aun dan Nabi Musa, serta pengakuannya sebagai orang yang beriman.
            Bantahan Fir’aun, Nabi Musa berkata “lepaskanlah bani israil (pergi) bersama kami.” Fir’aun menjawab “bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.”  Dan engaku Musa telah melakukan (kesalahan dari) perbuatan yang telah engkau lakukan, dan engaku termasuk orang yang tidak tahu berterima kasih.” (QS.Asy-Syu’ara : 17-19).
            Mu’jizat Nabi Musa, “mereka para pesihir berkata, wahai Musa..! engkaukah yang akan melemparkan lebih dahulu, atau kami yang melemparkannya?” dia (Musa ) menjawab “lemparkanlah (lebih dahulu) !” maka setelah mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan orang banyak itu takut, karena mereka memperlihatkan sihir yang hebat”. Dan Kami wahyukan kepada Musa, “lemparkanlah tongkatmu..!” maka tiba-tiba ia menelan (habis) segala kepalsuan mereka. Maka terbuktilah kebenaran dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia.” (Qs.Al-A’raf : 115-118)
            Kesombongan fir’aun, dengan kesombongannya fir’aun meminta agar Haman (orang terdekat fir’aun) untuk membuatkan bangunan yang tinggi agar bisa melihat Allah SWT. Dan Fir’aun berkata “wahai Haman, Buatkanlan untukku sebuah bangunan yang tinggi, agar aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat tuhannya musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta.” (Qs.Ghafir : 36-37).
            Dan Fir’aun berkata, “wahai para pembesar kaumku ! aku tidak mengetahui ada tuhan bagimu selain aku. Maka bakarkanlah tanah liat untukku wahai haman! (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta.” (Qs.Al-qasas : 38)
            Keimanan fir’aun, fir’aun menjelang ajalnya mengakui Allah dan mengimani-Nya ketika ajal menjemputnya di tengah laut merah. “ kami selamatkan bani israil melintasi laut, kemudian fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzhalami dan menindas (mereka). Sehingga ketika fir’aun hampir tenggelam dia berkata “aku percaya bahwa tiada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh bani Israil, dan aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri). Kemudian Al-qur’an berkata ” Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
            “maka pada hari ini kami selamatkan jasadmu, agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) kami.” (Qs. Yunus : 90-92).
            Bisa kita ambil beberapa ibrah dari kisah diatas. pertama, hancurnya setiap kesombongan. Kesombongan adalah menolak kebenaran, manusia yang mempunyai sifat sombong sejatinya menolak kebenaran dari apa yang diberikan Tuhan kepadanya. Jika kesombongan Fir’aun yaitu tidak mau bersujud kepada Tuhan sehingga mengakui dirinya adalah tuhan, maka kesombongan manusia zaman sekarang adalah tidak ingin sujud kepada Tuhan, bermalas-malasan dalam beribadah seperti shalat, sedekah dan sebagainya. Karena yang berhak sombong adalah Allah Swt.
            Kedua, keimanan Fir’aun yang terlambat. Al-qur’an berkata “mengapa baru sekarang kamu beriman, padahal engkau telah durhaka sejak dahulu” ini bisa dijadikan sebagai tamsil bagi kehidupan muslim masa kini, yang dengan masa mudanya mereka rela membuang-buang waktu dan mengabaikan perintah agama. Sehingga dengan mudahnya mereka mengatakan selagi masih muda, perbanyak dosa dan kesenangan hidup, karena taubat itu cukup di masa tua. Coba kita renungi nasehat demikian “Banyak orang berpikir bagaimana cara hidup yang baik, tapi mereka lupa bagaimana cara mati yang baik “ (KH.Hasan Abdullah Sahal).
            Ketiga, Allah menjadikan kisah-kisah di dalam Al-qur’an sebagai contoh dan bukti bagi generasi kehidupan setelahnya (sekarang) agar  mengambil pelajaran, bahwa kaum-kaum yang membangkang Allah, akan dilenyapkan dimuka bumi ini dan Allah akan mewariskan dunia  kepada hamba-Nya yang shaleh (Qs.Al-anbiya : 105).

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...