Ma’zumi
Islam adalah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
sebagai penyempurna dari syariat-syariat yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul
sebelumnya dengan Kitab suci yang masing-masing diberikan oleh Allah SWT. Yaitu
Al-Qur’an, Injil, Zabur dan Taurat. Namun hingga saat ini hanya Al-Qur’an yang
masih terjaga kesakralannya karena Allah sendiri yang berjanji di dalam
Al-Qur’an untuk menjaganya hingga hari kiamat(Qs. Al-Hijr : 09). Sedangkan
kitab-kitab suci yang lain sangat sukar untuk ditemukan keotentikannya karena
banyak yang telah dirubah sesuai dengan keinginan sekte-sekte agama yang
terkait (Qs. Al-Baqarah : 75).
Nabi Muhammad SAW sendiri yang gerak dan langkah hidupnya
dibimbing oleh wahyu pernah bersabda dalam sebuah Hadits yang mewariskan dua
hal. Apabila berpegang teguh kepada keduanya maka tidak akan menjadi orang-orang
yang tersesat yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah (Hadits). Demikian tepat
apa yang disampaikan oleh Nabi SAW, terbukti dengan keadaan umat yang sekarang
terombang ambing oleh akidah yang sesat dengan semakin maraknya aliran-aliran
sesat di Indonesia. Beberapa hari yang lalu salah satu Koran Nasional memberitakan bahwa ratusan aliran sesat
berkembang di Indonesia.
Aliran sesat sendiri bisa dideteksi dengan lebih teliti
lagi kita dalam memahami Dasar-dasar Pondasi Islam yang terkandung dalam enam
Rukun Iman dan Lima Rukun Islam.
kemudian mempelajarinya dengan sub-sub khusus yang dipahami secara
terperinci, seperti rukun yang pertama bahwa Tuhan adalah Esa yaitu Allah, dan
Nabi yang terahir adalah Rasulullah SAW.
Hal
ini yang akan membentengi kita dari aliran-aliran yang sekarang berkembang,
dengan klaim mereka bahwa Muhammad bukanlah Nabi terahir dan adapula yang
mencoba merubah Akidah yang benar dengan beralasan mengikuti syariat yang
dibawa oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Musa as. Apakah semua ini dibenarkan dalam
Islam?
Di dalam Kitab Shirah Nabawiyah yang ditulis oleh Dr.
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy menjelaskan bahwa hubungan antara Dakwah Nabi
Muhammad SAW dan dakwah para Nabi terdahulu adalah berjalan diatas prinsip
Ta’kid (penegasan) dan Tatmim (penyempurnaan). Hal ini sebagaimana disebutkan
dalam sebuah Hadits :
“Perumpamaan Aku dengan Nabi sebelumku
ialah seperti seorang lelaki yang membangun sebuah bangunan, kemudian ia
memperindah dan mempercantik bangungan tersebut kacuali satu tempat batu bata
di salah-satu sudutnya. Ketika orang-orang yang mengitarinya mereka kagum dan
berkata, Amboi, jika batu bata ini diletakkan?. Akulah batu bata itu, dan aku
adalah penutup Para Nabi.” (HR. Bukhari Muslim).
Ta’kid
yang menegaskan bahwasanya tugas setiap Nabi tidak lain hanyalah membawa aqidah
yang sama yang pernah dibawa oleh Para Rasul sebelumnya tanpa perubahan dan perbedaan
sama sekali. Sedangkan penyempurnaannya adalah dalam masalah syariat, bahwa
setiap Rasul menghapuskan Syariat sebelumnya, kecuali hal-hal yang ditegaskan
oleh Syariat yang datang kemudian atau didiamkannya.
Ini
sesuai dengan Madzhab orang yang mengatakan bahwa syariat umat sebelum kita
adalah syariat bagi kita juga selama tidak ada nash yang dapat menghapuskan.
Dengan demikian, jelas tidak ada sesuatu yang disebut dengan Adyan Samawiyah
(Agama-agama langit) dan Adyanul Ardh (Agama-agama Bumi). Yang ada
hanyalah Syariat-Syariat Samawiyah (langit), dimana setiap syariat yang
baru menghapuskan Syariat sebelumnya, sampai datang syariat terahir yang dibawa
oleh penutup para Nabi dan Rasul.
Penutup
Para Nabi dan Rasul sendiri adalah Muhammad SAW yang telah dijelaskan di dalam
Al-Qur’an (Qs. Al-Ahzab : 40). Menjadi kesalahan besar yang selama ini diakui
oleh kalangan JIL (Jaringan Islam Liberal) yang mengatakan bahwa dalam ayat
tersebut Nabi Muhammad tidak tepat jika diartikan sebagai penutup para Nabi,
yang lebih tepat untuk mengartikan kata Khotam adalah“cincin”. Ibarat jari
diantara jari-jari lainnya maka jari yang memakai cincin begitu diistimewakan,
karena itu Sejarah kenabian akan terus berlangsung setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Semua
para Nabi dan Rasul terdahulu diutus ke dunia untuk membawa Risalah Islam, hal
ini tidak benar jika ada aliran atau agama tertentu yang mengatasnamakan
ajarannya dibawa oleh para Nabi kemudian mereka merubah isi kandungan ajaran
tersebut sehingga menjadi keyakinan beragama tersendiri. Sebutlah Agama Yahudi
yang mengaku berasal dari Nabi Ibrahim, Ismail dan Ya’qub. Padahal Al-Qur’an
sendiri menjelaskan bahwa mereka membawa Risalah Islam.
“Dan
tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya
sendiri, dan sungguh kami Telah memilihnya di dunia dan Sesungguhnya dia di
akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman
kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai
anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
(Qs. Al-Baqarah : 130-132).
Atau
Nabi Musa as yang diutus kepada Bani Israil juga membawa Islam (Qs. Al-A’raf :
125-126). Demikian pula Isa As yang
diklaim oleh kristen sebagai Yesus, ia diutus dengan membawa Islam. “ Maka tatkala Isa mengetahui
keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" para
hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong
(agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Qs. Ali Imran
: 52).
Hidup di zaman modern semakin meyakinkan bahwa Yang awam
semakinn awam, yang berilmu semakin giat membuat kelompok masing-masing.
Seakan-akan Agama ini hanya untuk kelompok mereka sendiri, bukan sebagai rahmat
bagi semesta alam. Hal ini menjadi PR yang besar bagi umat Islam di Indonesia,
khususnya bagi para pendakwah untuk lebih giat lagi membimbing umat menuju
Islam yang Kaffah. Persatuan umat Islam menjadi modal utama untuk membendung
gejala penyesatan umat. Alm.Prof. Dr. Hamka dalam bukunya Falsafah Hidup
menasehati kita untuk menolong, bukang menggolong.