Monday, March 12, 2018

CERMIN



Oleh: Ma'zum Ibn Shabir

Anas, salah seorang hamba Allah terbangun dari tidur lelapnya. Ia bergegas mengambil air wudhu, untuk kemudian shalat tahajjud. Sepertiga malam terakhir, ia bermunajat kepada Allah Swt. Memohon akan kebahagiaan hidup di dunia.

Usai shalat. Ia menghadap ke arah cermin untuk mempersiapkan diri berdandan dengan penampilan baju ibadah yang paling baik. Namun,  ia terperanjat kaget tatkala melihat tiga bayangan dirinya dalam cermin. Ia mengira ini hanya mimpi. dilihatnya berkali-kali cermin tersebut, sambil memukul-mukul bagian kepala. Ternyata, ini bukan mimpi. Dan ketiga bayangan itu hanya ada dalam cermin.



Bayangan dengan wajah dan postur tubuh yang sama. Tidak ada perbedaan sedikitpun dari ketiganya. Hanya saja warna baju yang membedakan ketiganya. Ia sendiri berdiri di tengah cermin, satu bayangan dengan jubah berwarna putih berada di kanannya, dan bayangan dengan jubah hitam di sebelah kirinya.

"Tidak usah kaget! Perkenalkan, namaku nifaq. Akulah selama ini yang berperan sebagai sifat burukmu. Akulah yang akan membimbingmu menuju neraka, tempat istirahatmu." Ujar bayangan yang memakai jubah hitam di sebelah kirinya.

"Lihatlah Aku! Namaku Shalih. Akulah yang membimbingmu jalan kebaikan, hingga menuju surga yang kau impikan." Ujar bayangan putih yang mengaku yang bernama Shalih.

Anas hanya terdiam. Tidak mengerti apa yang harus ia perbuat. Tatkala ia hendak berbicara, seketika itu mulutnya terkunci, tak mampu berucap sepatah kata pun. Hanya kedua bayangan tersebut yang saling bercakap, beradu mulut saling mendebat.



Nifaq, "Anas, sudahi saja kebaikanmu. Kamu tidak lain hanya sebagai penipu. Pendusta agama dengan jubah putihmu. Kau gunakan mata untuk hal2 yang diharamkan, lisanmu untuk mencela, kakimu untuk menuju tempat maksiat. Tanganmu yang terlalu sering mengambil yang bukan hakmu, serta pikiranmu yang hanya mementingkan pribadi., jangan sok alim. Aku mengajakmu menuju kebahagiaan duniawi, nikmati saja dunia ini sesukamu."

Shaleh, "Jangan Anas! Teruslah berbuat baik. Mintalah bimbingan dari Allah agar memberimu petunjuk. Aku adalah kendaraanmu tatkala melewati Shirat menuju surga yang kau inginkan."

Nifaq, "Sudahlah Anas! Lepas saja simbol2 agama yang menempel di tubuhmu. Saya yakin, jika aibmu terlihat oleh semua manusia, pasti mereka akan merasakan jijik melihatmu. Hanya saja kamu sembunyi dibalik simbol agama. Mereka pasti menilaimu sebagai manusia munafik. Dan kamu sadar, bahwa kemunafikanmu akan mengantarkanmu ke dasar jurang neraka. Untuk itu, nikmati saja dunia ini karena neraka sudah menantimu, dan surga belum tentu menerimamu."

Shaleh, "Istighfar Anas! Dosa2mu disebabkan karena kelalaianmu dalam ibadah. Buang segera sifat munafikmu. Rahmat Allah masih terbuka lebar bagi hamba-Nya yang ingin kembali."

Anas hanya menangis menyesali dosa-dosanya.  Sedangkan mulutnya masih membisu. Telinganya hanya mampu mendengar percakapan dua bayangan di dalam cermin. Hingga akhirnya, ia mengepalkan tangan dengan sekuat tenaga untuk kemudian memukulkannya ke arah cermin tersebut.

*AHHHHHHHHHHHH......Bruaaaaakkkkkkkkk......*


Cermin sebelah kiri pun pecah. Bayangan hitam yang bernama nifaq seketika menghilang. Namun bisikannya tetap terdengar di telinganya, "Bersiaplah Anas! Karena setiap dosa-dosamu akan dihisab di hadapan Allah Swt. Dan aku menunggumu di lembah jahannam." Ucap nifaq.

Sementara, bagian kanan cermin masih terlihat bayangan putih dirinya. Shaleh memberikan pesan terakhirnya sebelum menghilang, "Jagalah amal shalehmu, sebagaimana kamu menjaga aibmu agar tidak terlihat oleh orang lain. Karena akulah yang membimbingmu menuju surga-Nya. Kembalilah menuju jalan Rabb-Mu dengan jiwa yang tenang, nafsul muthmainnah."

Seketika shaleh menghilang. Ruangan kamar hanya tersisa dirinya dan cermin pecah. Azan shubuh berkumandang, ia kembali bergegas memenuhi panggilan rabb-Nya untuk memulai hari yang baru."

Thursday, March 8, 2018

Basyir dan Buah Apel

Basyir dan Buah Apel

*dikutip dari ceramah Ust.Adi Hidayat L.c, M.A

Bernama Basyir. Seorang Shaleh pembelajar, suatu ketika pulang dari Ta'lim berjalan di tepian sungai. Sambil berjalan ia menemukan Apel yang hanyut di sungai. Sedangkan ia sendiri dalam keadaan lapar.



Setelah memakan buah tersebut, Allah menakdirkan hilang sebagian ingatannya (tentang ilmu yang didapat dari kitabnya). Tatkala mengingat ilmu, ia merasa heran karena sebagian ingatannya hilang. Lalu sekejap mengingat kaidah, bahwa ilmu adalah pemberian dari Allah.

Dan Basyir menduga, bahwa ia lupa karena merasa bersalah telah memakan buah Apel yang tidak diketahui pemiliknya. Untuk itu, ia berusaha agar bertemu dengan pemilik buah Apel tersebut dengan tujuan agar bisa meminta maaf.  Setelah mengikuti jalan sungai, ia bertemu dengan seorang pemilik kebun Apel tersebut.

Seketika Basyir mengucapkan maaf, "Mohon maaf, saya telah memakan Apel anda tanpa seizin anda (sebagai pemiliknya)." Diketahui bahwa pemilik kebun tersebut adalah orang shaleh yang mengrtahui hukum Islam.

Ia menjawab, "(mohon maaf) tidak begitu mudah memaafkan orang yang bersalah. Saya akan memberikan syarat. Dan syaratnya adalah anda harus menikahi puteri saya."

Sontak hal ini membuatnya kaget. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Akan tetapi, karena Basyir ingin mendapatkan ridho Allah, maka ia bersedia untuk menikahi puteri dari pemilik kebun Apel tersebut.

Pemilik kebun tersebut memberikan pertimbangan, "Silahkan dipertimbangkan kembali, karena puteri saya buta, bisu dan tuli." Tegasnya.



Basyir tetap menerima persyaratan tersebut. Dan pada malam itu, ia langsung dinikahkan dengan puteri pemilik kebun apel.

Basyir dipersilahkan untum memasuki kamar istrinya. Sebelum masuk, ia mengucapkan salam. Akan tetapi, setelah mendengar jawaban salam dari dalam kamar basyir berbalik arah menuju mertua. Karena ia mengetahui bahwa istrinya bisu dan tidak mungkin dapat menjawab salam.

Akan tetapi, sang mertua tetap menyuruhnya untun masuk kamar tersebut. Akhirnya, setelah memasuki kamar istrinya, ia terperanjat kaget. Melihat wanita yang cantik sempurna nan shalihah. Setelah masuk kamar tersebut, Basyir semakin kaget tatkala istrinya bisa melihat, berbicara dan mendengar. Berbeda dari apa yang diceritakan sebelumnya.

Ia adalah perempuan paling istimewa di daerah tersebut. Diperebutkan oleh banyak lelaki, tetapi ayahnya menginginkan lelaki shaleh yang menikahinya. Kemudian istrinya menjawab, "Saya memang buta, karena memang dididik oleh Ayah agar tidak melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt. Saya memang tuli, diajarkan oleh Allah agar jangan mendengar sesuatu yg diharamkan. Dan saya bisu, karena dijarkan agar tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya." Jelasnya.


Dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang Ulama Besar yang bernama Nu'man bin Basyir yang lebih dikenal sebagai Imam Abu Hanifah.


Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...