Sunday, October 15, 2017

Manusia Kanibal Dan Kepribadian Kurma




Oleh: Ma’zumi

            Kualitas seseorang bisa dilihat dari bagaimana caranya berbicara, makan, minum, bergaul, berpikir, berdisiplin; baik dalam ibadah atau hal-hal lainnya, hingga urusan masuk ke kamar mandi sudah ditentukan adab-adabnya dalam syariat Islam. Sungguh indah apa yang telah diperintahakn oleh Allah dan rasul-Nya dalam hal apapun. Karena semua syariat bersifat universal, tanpa memandang umur dan kultur budaya suatu daerah.

            Ada beberapa hal yang mencederai kepribadian kita yang berpredikat sebagai  seorang mukmin. Pertama, kepribadian dalam berucap atau bertutur kata. Kedua, loyalitas kita terhadap al-Qur’an. Sering kita berucap dan bertutur kata yang tidak baik, bahkan berkata jorok sekalipun sudah menjadi budaya yang apatis terhadap nilai-nilai kepribadian yang hakiki.

            Tentunya hal tersebut sudah dipengaruhi dari nontonan sehari-hari, atau lingkungan yang tercemari dari perilaku orang-orang yang tidak terdidik. Yang tidak masuk akal adalah ketika pelanggaran tersebut dilakukan oleh kaum akademisi yang notabene mengerti akan nilai-nilai dari keagunan sebuah cara bertutur kata.

            Tatkala lisan tidak dapat dijaga sesuai dengan fungsinya, maka ia akan lepas kendali dengan mengatakan hal-hal yang haram. Contoh kecil adalah ghibah. Termasuk dosa-dosa yang dianggap biasa. Justru lebih mudah dilakukan mengingat media sosial yang ada di genggaman tangan disalah-gunakan. Lima detik kemudian seluruh orang bisa mengetahui aib dari apa yang diinformasikan. Lantas apa kaitannya dengan kanibal?

            Kata “Kanibal” dalam perbendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI offline) setidaknya mengandung tiga arti; orang yang suka memakan daging manusia (pemakan daging sejenis), binatang yang suka membunuh dan suka memakan daging binatang yang sejenis, dan ternak yang suka menggigit dan mematuk temannya hingga terluka. Sedangkan penganibalan memiliki arti proses, cara, perbuatan memakan daging dari makhluk yang sejenis.

            Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudanya yang telah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Hujurat: 12).

            Pelaku ghibah layaknya seorang kanibal. Ia rela memakan daging saudaranya sendiri dan tidak merasa jijik terhadapnya. Menggunjing dengan tujuan menjatuhkan, membunuh karakter teman yang sedang berpikir maju, hingga ia senang jika temannya benar-benar jatuh dan mati prestasinya. Sungguh manusia jenis kanibal ini sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar.

            Selanjutnya yang perlu dijauhi adalah agar kita tidak menjadi seorang mukmin yang berkepribadian kurma. Ia yang rasanya manis, tetapi tidak memiliki aroma yang harum. Ia yang enggan menyempatkan sekejap waktunya untuk berkhalwat bersama al-Qur’an. Yakni mereka yang lupa bahwasanya kebahagiaan  itu ada dan terdapat ketika kiata hidup bersama al-Qur’an.

وَعَنْ أَبِيْ مُوْسَى الْأَشْعَرِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {مَثَلُ الْمُؤْمٍنٍ الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآن مِثْلُ الْأُتْرُجَةِ,  رِيْحُهَا طَيِّبْ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ. وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ, لَا رِيْحَا لَهَا وَطَعْمُهَاحُلْوٌ.  وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ يَقْرَأُ لْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ, رِيْحُهَا طَيِّبْ وَطَعْمُهَا مُرٌّ, وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ, لَيْسَ لَهَا رِيْحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ}. رواه البخاري ومسلم.

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah utrujah, aromanya sedap dan rasanya lezat; perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tiada baunya tetapi rasanya manis; perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti raihanah, aromanya sedap tetapi rasanya pahit; sedangkan perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti hanzhalah, tidak berbau dan rasanya pahit.” (HR.Bukhari dan Muslim).

            Lantas bagaimana kepribadian mukmin yang sesungguhnya? Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeuarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (HR. Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar).

            Marilah berpikir sejenak tentang apa yang sudah kita perbuat, baik dalam gerak langkah atau ucapan lisan yang keluar sehari-hari, sudahkah sesuai dengan kepribadian lebah? renungkan hingga dari hati yang terdalam, apabila kita sering mengungkapkan sesuatu yang “kotor” maka apa bedanya lisan kita dengan “Tempat sampah? Wallahu A’lam. Semoga kita diberikan petunjuk oleh Allah Swt.

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...