Kalian adalah Ayat-ayat yang
Berjalan
Jika kita sering
bertanya kepada seorang Muslim tentang apa yang harus dijadikan sebagai pedoman
hidup, maka secara aklamasi mereka akan menjawab “Al-Qur’an dan Hadits” sebagai
Pedoman Hidup. Namun realita berkata lain, lain mulut berucap, lain pula gerak langkah
kaki dan tangan menentukan arah tujuan hidup, jangankan untuk menghafal dan
mendalami ilmu Al-Qur’an, untuk sekedar menunaikan rukun Islam kedua saja
sangat sulit untuk ditegakkan. Padahal sangatlah tegas Al-Qur’an mengatakan
bahwa yang demikian adalah salah-satu ciri dari sifat Munafik, dan Al-Qur’an mengancam
akan menempatkan mereka di Neraka yang paling dasar (Qs. An-Nisa : 142 dan
145), Na’udzubillah.
Al-Qur’an yang
menjadi Jargon “pedoman hidup” belumlah terbukti secara riil walaupun pada lingkungan
di sekitar kita secara khusus. Al-Qur’an masih menjadi Benda asing, Al-Qur’an
tidak begitu menarik jika dibandingkan dengan
gadget yang kita pegang sehari-hari, boleh dikatakan (maaf) gadget
itulah yang kini sudah menjadi kitab suci Umat Islam, bukan lagi Al-Qur’an.
Rasulullah SAW pun mengeluh hingga diabadikan di dalam Al-Qur’an.
“Berkatalah
Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu
yang tidak diacuhkan". (Qs. Al-Furqon
: 30).
Al-Qur’an adalah
pedoman hidup, akan tetapi ketika seorang muslim dituntut untuk
mempertanggung-jawabkan konsekuensi dari ucapannya maka ia akan mundur 1000
langkah untuk menjauhi Al-Qur’an dengan berbagai Alasan ; takut lupa, takut
tidak bisa mengamalkan, tanggung jawabnya besar, tidak ada waktu, takut menjadi
beban dan sebagainya. Yang sebenarnya alasan diatas hanya akan semakin menjauhi
kita dari petunjuk Al-Qur’an, takutlah pada ancaman Al-Qur’an yang apabila hati
kita terkunci sehingga tidak bisa memahaminya.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati
mereka terkunci?” (Qs. Muhammad :
24).
Memang bisa
dimaklumi apabila kita mempunyai alasan dengan berbagai macam rasa takut
diatas, akan tetapi sudah menjadi konsekuensi kita sebagai hamba Allah yang
beriman untuk sepenuhnya mengimani isi kandungan Al-Qur’an dengan Implementasi
amal yang kita mampu melaksanakannya. Allah memberikan perumpamaan yang apabila
Al-Qur’an diturunkan kepada Gunung yang kokoh, maka ia akan hancur terpecah
belah disebabkan takut kepada Allah (Qs. Al-Hasyr : 21). Hingga manusialah
mahluk Allah yang memperoleh keutamaan dan keistimewaan untuk mengemban risalah
Al-Qur’an.
Jangan takut
menghafal Al-Qur’an..... ! takutlah apabila kelak keturunanmu akan menjadi
keturunan yang bodoh, lemah dalam memahami ilmu, karena sejatinya hidup seorang
muslim bukan hanya untuk membingkai kebahagiaan masa kini, loyalitas
kebahagiaan seorang mukmin ada pada jaminan yang Allah berikan bersama
Al-Qur’an. Beberapa tahun ke depan kalian akan berkeluarga dan mempunyai keturunan,
maka takutlah apabila kelak dari keturunan kalian tidak ada yang menjadi
generasi pecinta Al-Qur’an, Na’udzubillah.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (Qs. An-Nisa : 09).
Jangan takut
menghafal Al-Qur’an.....! jika banyak orang beralasan tidak menghafal Al-Qur’an
karena takut tidak bisa menjaga hafalan, takut tidak mampu mengamalkan isi
kandungan Al-Qur’an, maka katakanlah bahwa Allah Maha Adil. Bahwa diturunkannya
Al-Qur’an di bumi bukan hanya untuk anak “Tahfidz” akan tetapi membaca dan
mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an merupakan kewajiban setiap muslim.
“ Aku
Hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri Ini (Mekah) yang Telah
menjadikannya Suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan Aku diperintahkan
supaya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan supaya Aku membacakan
Al Quran (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka
Sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan
barangsiapa yang sesat Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku (ini) tidak lain
hanyalah salah seorang pemberi peringatan". (Qs. An-Naml : 91-92).
Kalaulah mereka
beralasan bahwa yang wajib mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an adalah anak
Tahfidz maka kesimpulannya adalah Allah tidak Adil. dan ini adalah alasan yang
sangat bodoh. Karena akan menghilangkan konsekuensi dari ucapan yang mengatakan
bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup. Katakan pada mereka, kita akan
mengamalkan Al-Qur’an semampu kita dengan kadar proses yang bertahap.
“Maka
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu ........” (Qs. At-Taghabun : 16).
Jangan takut
menghafal Al-Qur’an........! Allah akan membedakan derajat orang-orang yang
berjuang di jalan-Nya dengan orang yang hanya duduk-duduk terdiam dan bermain
tanpa ada Ghiyroh yang kuat untuk memperjuangkan Agama Allah SWT.
“ Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang)
yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah
dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad
dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk[340] satu derajat. kepada
masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk[341] dengan pahala
yang besar.” (Qs. An-Nisa :
95).
Jangan takut menghafal
Al-qur’an.... ! Allah SWT sudah menjamin kehidupan para penghafal Al-Qur’an
dunia dan aherat. Allah akan mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan
akan merendahkan derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an pula. Karena Al-Qur’an akan
menjadi Hujjah yang membelamu atau
menjadi Hujjah yang menuntutmu. Hiasilah perjuanganmu dengan sabar dan shalat. Assholaatu Nuwrun (cahaya), wassobru Dhiyaaun
(cahaya) (HR. Muslim, no 23 Hadits Arba’in).
Shalat akan menghadirkan cahaya yang terang
bagi ketenangan hati seperti cahaya Bulan di malam Hari. Sedangkan Sabar akan
menghadirkan Sinar seperti sinar mentari yang memancarkan panas, maka dari itu
orang yang bersabar pasti merasakan pahitnya perjuangan hidup.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya......!” (Qs. Thoha : 132).
Merupakan kata
yang tidak lazim di dalam Al-Qur’an yang menerangkan tentang sabar menggunakan
kata “wasthobir” dengan tambahan huruf “Tho” pada pertengahannya. Dengan ini
Para Ulama mengatakan bahwa adanya huruf “Tho” pada kalimat tersebut berarti
bahwa dibutuhkan kesabaran yang lebih ekstra dari biasanya. Saya hanya
menambahkan bahwa kita saat ini yang sedang menghafal Al-Qur’an atau mengejar
cita-cita apapun itu, maka dibutuhkan kesabaran yang lebih ekstra untuk
mencapainya.
Dengan
menghafal Al-Qur’an sudah sepatutnya merubah pola pikir dan gerak langkah hidup
dengan langkah Qur’ani semampu yang kita lakukan dalam tahap orang-orang awam
yang berusaha mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an.
Semoga
Bermanfaat......!!!
No comments:
Post a Comment