Monday, June 13, 2016

RAHASIA BERPUASA



Di dalam kitab Minhajul Qashidin yang ditulis oleh Ibnu Qudamah dijelaskan bahwa puasa memiliki tiga tingkatan. Puasa secara umum, ialah menahan perut untuk tidak makan dan minum serta menahan kemaluan utuk melampiaskan syahwat. Puasa secara khusus; menahan pandangan, lidah, tangan, kaki, pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota tubuh.

            Terahir,  puasa secara khusus dari yang khusus. Ialah puasa hati dari hasrat-hasrat yang hina dan pikiran-pikiran yang menjauhkan dari Allah serta menahan diri dari hal-hal selain Allah secara keseluruhan. Diantara adab puasa secara khusus adalah menahan pandangan mata, menjaga lidah dari ucapan-ucapan yang diharamkan dan dimakruhkan.

            Di dalam sebuah Hadits Bukhari disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda, “barang siapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya” (HR.Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majjah).

            Hendaknya seorang muslim ketika berpuasa, khusunya  di bulan Ramadhan tidak terlalu konsumtif. Karena diantara adab orang yang berpuasa adalah tidak memenuhi perutnya di malam hari, tetapi dia harus makan sekedarnya saja. Sebab tidaklah anak adam itu mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya sendiri. Jangan sampai lupa, bahwa yang kita cari adalah pahala berpuasa.
    
 Oleh sebab itu, puasa adalah amal ibadah yang memiliki kelebihan yang tidak ditemukan pada ibadah yang lain. Puasa mengandung banyak sekali hikmah dan rahasia di dalamnya. Yaitu amal ibadah yang langsung dibalas oleh Allah sendiri. Disebut dalam sebuah Hadits, “puasa itu bagiku dan aku memberi balasan dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

            Disamping itu puasa memiliki kelebihan. Yaitu amal ibadah yang tersembunyi dan amal batin yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, sehingga tidak mudah disusupi Riya’. Dan sebagai cara untuk menundukkan musuh Allah SWT. Karena sarana yang dipergunakan musuh adalah syahwat. 

            Syahwat bisa menjadi kuat karena makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka setan bisa bebas berkeliaran di tempat gembalaan yang subur itu. Akan tetapi, jika syahwat ditinggalkan, maka jalan kesana juga menjadi sempit. Dan dalam riwayat-riwayat lain banyak yang membahas keutamaannya, tersebut di dalam kitab Minhajul Qashidin.

            Kaitannya dengan Riya dan syahwat, maka puasa dapat mengalahkan keduanya. Karena keduanya merupakan musuh bagi hati yang jernih. Setiap hari kita menginginkan ikhlas beribadah karena Allah Ta’ala. Akan tetapi Riya selalu datang menghampiri merusak amal. Oleh sebab itu syirik merupakan perbuatan dosa yang sulit dikenali daripada  jejak semut hitam yang merayap di atas batu hitam, di tengah kegelapan malam.

            Riya’ adalah orang yang pandai melakukan kebajikan akan tetapi itu hanyalah kamuflase belaka. “mereka bermaksud Riya’ (dengan shalatnya) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut nama Allah, kecuali sedikit sekali.”(Qs. An-Nisa: 142). Begitupun dalam hadits, “Barang siapa berlaku Sum’ah Allah akan memperdengarkan aibnya. Dan barang siapa berbuat riya’, Allah akan memperlihatkan aibnya.”

            Syahwat adalah musuh kedua sebagaimana dijelaskan diatas. Ketika kita hendak berperilaku zuhud, maka syahwat selalu datang menghampiri dengan rupa yang manis. Syahwat jasmani menginginkan keindahan semu dibalik estetika dunia yang fatamorgana.  Syahwat rohani menginginkan nafsu hewani dari kenikmatan sesat yang sesaat.

            Iblis sudah berjanji untuk senantiasa mendatangi Bani Adam dengan nafsu (Qs. Al-A’raf/07: 17). Serta ia berjanji untuk menjadikan kejahatan terasa indah dalam pandangan manusia, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya”(Qs. Al-Hijr/15: 39).

            Dengan kata lain Riya’ dan syahwat adalah saudara kembar yang selalu bekerja sama menggerogoti amal manusia. Hati manusia cenderung lemah menghadapi keduanya, terkadang lalai dari sesuatu yang membahagiakan padahal substansinya sungguh membayakan. Atau  dari sesuatu yang memuliakan padahal esensinya adalah menghinakan.

            Puasa adalah perisai untuk melawan keduanya. Benteng tak terlihat untuk menghadapi sesuatu yang memikat (bersifat semu). Oleh karena itu jangan kita mengotori amal ibadah puasa dengan melalaikan diri terjun dalam jurang dosa. Perlu dipahami bahwa Iblis hanya satu. Dan Jin adalah sebagaimana manusia dibebani syariat, ada yang kafir dan mukmin. Sedangkan setan adalah perangai buruk. Perangai buruk tersebut bisa saja ada ketika kita sedang berpuasa. Wallahu A’lam.


No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...