(tolak
Syi’ah)
Oleh
: Ma’zum H.S Al-Jauzi
Berbicara tentang Syiah tentu kita akan teringat seorang tokoh
licik Yahudi yang bernama Abdullah Bin Saba. Karena dia tidak mampu mengadu
domba Khalifah Utsman dan Ali maka ia membuat makar terhadap orang-orang awam
yang masih dangkal ilmunya. dialah yang membawa pemikiran sesat Syiah yang
berawal dari sesuatu yang logis bagi masyarakat yang berilmu dangkal.
Yang
pertama adalah wasiyyah yaitu orang yang diwasiati sebagai pengganti nabi
dengan mengatakan bahwa “Rasulullah adalah rasul terbaik sementara Ali
adalah pengganti terbaik”. Yang kedua adalah Arraj’ah dengan mengatakan “mengherankan,
kalau orang yakin bahwa isa akan kembali, tetapi dia tidak yakin bahwa Muhammad
SAW akan kembali. Maka Ali pun akan hidup kembali dan ia yang akan menjadi
penyelamat”.
Kemudian
saya akan mengutipnya dari Buku Talbis Iblis karya Imam Ibnul Jauzi, hal 25 dan
40. Buku ini sangat detail dalam membahas tentang Talbis Iblis (kepalsuan yang
diciptakan Iblis dalam menyesatkan manusia). Termasuk Talbis Iblis dalam
masalah akidah, disini saya akan membatasinya dengan fokus pembahasan pada
Syi’ah. Mengingat Syiah semakin menjamur dan membahayakan bagi akidah umat
Isalm khusunya di Indonesia.
Dari Ibnu Umar, dia berkata, “ Rasulullah SAW bersabda :
“Benar-benar akan
terjadi pada umatku seperti yang terjadi pada Bani Israel, layaknya sepasang
terompah, sampai-sampai jika ada diantara mereka yang menyetubuhi ibunya dengan
terang-terangan, tentu di tengah ada pula yang berbuat demikian. Sesungguhnya Bani
Israel terbagi-bagi menjadi tujuh-puluh dua golongan, sedangkan umatku
terbagi-bagi menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya ada di Neraka kecuali
satu golongan. Mereka bertanya, “golongan apa itu Wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “yang berada pada jalanku dan para sahabatku”. Mereka (72 golongan)
tersebut adalah orang-orang yang Ahli Bid’ah”.
Lanjut Imam Ibnul Jauzi menulis, Jika ada orang yang bertanya,
“apakah golongan-golongan itu dapat diketahui?”
Jawabannya : kami hanya tahu golongan-golongan yang
menonjol. Apalagi setiap golongan bisa dibagi-bagi lagi menjadi beberapa
kelompok. Kalaupun kami tidak bisa menyebutkan semua nama-nama itu, kita bisa
mengetahi golongan-golongan yang menonjol, seperti Haruriyah, Qadariyah,
Jahmiyah, Murji’ah, Rafidhah dan Jabariyah.
Disini saya hanya
akan membatasinya pada Rafidhah yang kemudian menjadi 12 golongan yaitu :
1.
Alawiyah. Mereka
berkata, “seharusnya kerasulan jatuh ke tangan Ali bin Abu Thalib dan bukannya kepada Muhammad SAW. berarti
Jibril telah melakukan suatu kesalahan”.
2.
Amiriyah. Mereka
berkata, “Ali Adalah sekutu Muhammad SAW dalam urusan agamnya”.
3.
Syiah. Mereka
berkata, “Ali mendapatkan wasiat dari Rasulullah SAW agar menjadi pemimpin
sesudah beliau. Karena itu umat Islam telah kufur karena berbaiat kepada selain
Ali”.
4.
Ishaqiyah.
Mereka berkata, “ kenabian terus berkelanjutan hingga hari kiamat, dan setiap
orang memiliki ilmu tentang Ahli Baiat, maka ia sama dengan Nabi”. Untuk kasus
Ishaqiyah ini kita bisa melihatnya dari golongan yang menamakan dirinya sebagai
JIL (Jaringan Islam Liberal). Di dalam bukunya, Ulil Absar Abdalla mengatakan
bahwa proses kenabian adalah berkelanjutan, karena penafsiran dari “Khotamun
Nabiyyin” adalah bukan penutup para Nabi, akan tetapi Ulil mengatakan bahwa
“Khotam” disitu berarti “cincin”. Artinya bahwa Nabi Muhammad
Ibarat cin-cin diantara jari-jari, maka pasti ada cincin-cincin yang lain
(Nabi-nabi selanjutnya setelah Nabi Muhammad)
Kalaulah
boleh kita bertanya, jikalau memang ada Nabi setelah Nabi Muhammad, maka
siapakah sekarang Nabi yang dimaksud?
5.
Nawusiyah.
Mereka berkata, “Ali adalah orang yang paling mulia di dalam umat ini. Siapa
yang menganggap orang lain lebih mulia darinya, maka dia telah kafir”.
6.
Imamiyah. Mereka
berkata, “dunia ini tidak akan menjadi tegak kecuali dengan keberadaan Imam
yang berasal dari anak-anak Husain. Seorang Imam diketahui Jibril, dan jika ia
meninggal dunia digantikan dengan Imam lain berikutnya”.
7.
Yazidiyah.
Mereka berkata, “semua anak Husain harus menjadi imam dalam shalat. Selagi
salah seorang diantara mereka ada di suatu tempat, maka tidak boleh shalat di
belakang selainnya, siapapun dia”.
8.
Abbasiyah.
Mereka berkata, “mereka berpendapat bahwa Al-Abbas lah yang lebih berhak
menjadi Khalifah setelah Rasulullah”.
9.
Mutanasikhah.
Mereka berkata, “Ruh itu bisa menitis. Jika yang meninggal dunia adalah orang
baik, maka ruhnya akan keluar lalu masuk (menitis) ke dalam diri orang lain, sehingga
hidupnya menjadi bahagia. Jika dia orang buruk, maka ruhnya juga bisa masuk
dalam diri orang lain, lalu hidupnya menjadi sengsara”.
10.
Raj’iyyah.
Mereka berpendapat bahwa Ali dan rekan-rekannya kembali ke dunia dan akan
melancarkan balasan terhadap para musuhnya”.
11.
La’iniyah.
Mereka adalah yang melaknat Utsman, Thalhah, Az-Zubair, Mu’awiyah, Abu Musa,
Aisyah dan lain—lainnya dari kalangan para sahabat”.
12.
Mutarabbishah.
Mereka biasa mengenakan pakaian wanita, mengangkat seseorang sebagai pemimpin
untuk setiap zaman, dan dia dianggap sebagai Al-Mahdi umat ini. Jika dia
meninggal dunia, mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya”.
Kalaulah
memang ada Ulama yang memfatwakan bahwa Syiah telah direstui sebagai Mazhab
kelima dalam Islam, lalu bagaimana sikap kita mengimani syiah yang sudah
jelas-jelas diterangkan oleh Imam Ibul Jauzi bahwa mereka adalah orang-orang
yang terkena dalam Talbis Iblis.
Selanjutnya
mari kita renungkan nasheat-nasehat Bijak dari Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
dalam bukunya Mukhtasar Fawaid (Pesan-pesan Emas) Hal 51. Bahwa sikap orang
yang Mengabaikan al-Quran ada beberapa macam :
1. Tidak
medengarkannya, tidak beriman kepadanya dan tidak menyimaknya
2. Tidak
mengamalkan (ajaran yang terkandung di dalam) nya dan tidak berpijak pada halal
haram (yang termuat) di dalamnya sekalipun dia membaca dan mengimaninya
3. Tidak
menjadikannya sebagai Hakim dan tidak mencari keputusan hukum kepadanya
4. Tidak
merenungkannya, tidak memahaminya dan tidak mengetahui apa yang diinginkan
Allah darinya yang dengannya Dia berbicara.
5. Tidak
menggunakannya sebagai obat penyembuh dari segala bentuk penyakit dari selain
Alquran, dan tidak menggunakan Alquran sebagai obat. Semua itu termasuk ke
dalam Firman Allah SWT :
“Berkatalah Rasul,
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan alQuran ini suatu yang diabaikan”
(Qs. Al-Furqan : 30).
Untuk
itu saya mencoba menyorotinya dari poin ketiga diatas, bahwa sikap mengabaikan
Al-Qur’an itu adalah, “tidak menjadikannya sebagai Hakim dan tidak mencari
keputusan hukum kepadanya”. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan Alquran dari apa yang dikatakan mereka
bahwa “lebih baik memilih pemimpin Kafir tapi jujur, daripada pemimpin Muslim
tapi korupsi”. Disatu sisi kejujuran pemimpin kafir tentu tidak akan
memakmurkan umat Islam di indonesia, bahkan menjadi petaka ketika memberikan
hukum dengan menghalalkan yang haram semisal minuman keras.
Dan
Alquran telah menjelaskan bahwa kita sebagai umat Islam tidak boleh memilih
pemimpin Kafir.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai
pemimpin selain dari orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas
bagi Allah (untuk menghukummu)?” (Qs. An-Nisa : 144).
“kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih, yaitu
orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi orang
kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah” (Qs. An-Nisa :
138-139).
No comments:
Post a Comment