Tuesday, March 15, 2016

SUNNI DAN SYI’AH BERSAUDARA?




(tolak Syi’ah)

Oleh : Ma’zum H.S Al-Jauzi

            Berbicara tentang Syiah tentu kita akan teringat seorang tokoh licik Yahudi yang bernama Abdullah Bin Saba. Karena dia tidak mampu mengadu domba Khalifah Utsman dan Ali maka ia membuat makar terhadap orang-orang awam yang masih dangkal ilmunya. dialah yang membawa pemikiran sesat Syiah yang berawal dari sesuatu yang logis bagi masyarakat yang berilmu dangkal. 

Yang pertama adalah wasiyyah yaitu orang yang diwasiati sebagai pengganti nabi dengan mengatakan bahwa “Rasulullah adalah rasul terbaik sementara Ali adalah pengganti terbaik”. Yang kedua adalah Arraj’ah dengan mengatakan “mengherankan, kalau orang yakin bahwa isa akan kembali, tetapi dia tidak yakin bahwa Muhammad SAW akan kembali. Maka Ali pun akan hidup kembali dan ia yang akan menjadi penyelamat”.

Kemudian saya akan mengutipnya dari Buku Talbis Iblis karya Imam Ibnul Jauzi, hal 25 dan 40. Buku ini sangat detail dalam membahas tentang Talbis Iblis (kepalsuan yang diciptakan Iblis dalam menyesatkan manusia). Termasuk Talbis Iblis dalam masalah akidah, disini saya akan membatasinya dengan fokus pembahasan pada Syi’ah. Mengingat Syiah semakin menjamur dan membahayakan bagi akidah umat Isalm khusunya di Indonesia.

            Dari Ibnu Umar, dia berkata, “ Rasulullah SAW bersabda :

“Benar-benar akan terjadi pada umatku seperti yang terjadi pada Bani Israel, layaknya sepasang terompah, sampai-sampai jika ada diantara mereka yang menyetubuhi ibunya dengan terang-terangan, tentu di tengah ada pula yang berbuat demikian. Sesungguhnya Bani Israel terbagi-bagi menjadi tujuh-puluh dua golongan, sedangkan umatku terbagi-bagi menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya ada di Neraka kecuali satu golongan. Mereka bertanya, “golongan apa itu Wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “yang berada pada jalanku dan para sahabatku”. Mereka (72 golongan) tersebut adalah orang-orang yang Ahli Bid’ah”.

            Lanjut Imam Ibnul Jauzi menulis, Jika ada orang yang bertanya, “apakah golongan-golongan itu dapat diketahui?”

            Jawabannya : kami hanya tahu golongan-golongan yang menonjol. Apalagi setiap golongan bisa dibagi-bagi lagi menjadi beberapa kelompok. Kalaupun kami tidak bisa menyebutkan semua nama-nama itu, kita bisa mengetahi golongan-golongan yang menonjol, seperti Haruriyah, Qadariyah, Jahmiyah, Murji’ah, Rafidhah dan Jabariyah.

             Disini saya hanya akan membatasinya pada Rafidhah yang kemudian menjadi 12 golongan yaitu :
1.      Alawiyah. Mereka berkata, “seharusnya kerasulan jatuh ke tangan Ali bin Abu  Thalib dan bukannya kepada Muhammad SAW. berarti Jibril telah melakukan suatu kesalahan”.

2.      Amiriyah. Mereka berkata, “Ali Adalah sekutu Muhammad SAW dalam urusan agamnya”.

3.      Syiah. Mereka berkata, “Ali mendapatkan wasiat dari Rasulullah SAW agar menjadi pemimpin sesudah beliau. Karena itu umat Islam telah kufur karena berbaiat kepada selain Ali”.

4.      Ishaqiyah. Mereka berkata, “ kenabian terus berkelanjutan hingga hari kiamat, dan setiap orang memiliki ilmu tentang Ahli Baiat, maka ia sama dengan Nabi”. Untuk kasus Ishaqiyah ini kita bisa melihatnya dari golongan yang menamakan dirinya sebagai JIL (Jaringan Islam Liberal). Di dalam bukunya, Ulil Absar Abdalla mengatakan bahwa proses kenabian adalah berkelanjutan, karena penafsiran dari “Khotamun Nabiyyin” adalah bukan penutup para Nabi, akan tetapi Ulil mengatakan bahwa “Khotam” disitu berarti “cincin”. Artinya bahwa Nabi Muhammad Ibarat cin-cin diantara jari-jari, maka pasti ada cincin-cincin yang lain (Nabi-nabi selanjutnya setelah Nabi Muhammad)
Kalaulah boleh kita bertanya, jikalau memang ada Nabi setelah Nabi Muhammad, maka siapakah sekarang Nabi yang dimaksud?

5.      Nawusiyah. Mereka berkata, “Ali adalah orang yang paling mulia di dalam umat ini. Siapa yang menganggap orang lain lebih mulia darinya, maka dia telah kafir”.

6.      Imamiyah. Mereka berkata, “dunia ini tidak akan menjadi tegak kecuali dengan keberadaan Imam yang berasal dari anak-anak Husain. Seorang Imam diketahui Jibril, dan jika ia meninggal dunia digantikan dengan Imam lain berikutnya”.

7.      Yazidiyah. Mereka berkata, “semua anak Husain harus menjadi imam dalam shalat. Selagi salah seorang diantara mereka ada di suatu tempat, maka tidak boleh shalat di belakang selainnya, siapapun dia”.

8.      Abbasiyah. Mereka berkata, “mereka berpendapat bahwa Al-Abbas lah yang lebih berhak menjadi Khalifah setelah Rasulullah”.

9.      Mutanasikhah. Mereka berkata, “Ruh itu bisa menitis. Jika yang meninggal dunia adalah orang baik, maka ruhnya akan keluar lalu masuk (menitis) ke dalam diri orang lain, sehingga hidupnya menjadi bahagia. Jika dia orang buruk, maka ruhnya juga bisa masuk dalam diri orang lain, lalu hidupnya menjadi sengsara”.

10.  Raj’iyyah. Mereka berpendapat bahwa Ali dan rekan-rekannya kembali ke dunia dan akan melancarkan balasan terhadap para musuhnya”.

11.  La’iniyah. Mereka adalah yang melaknat Utsman, Thalhah, Az-Zubair, Mu’awiyah, Abu Musa, Aisyah dan lain—lainnya dari kalangan para sahabat”.

12.  Mutarabbishah. Mereka biasa mengenakan pakaian wanita, mengangkat seseorang sebagai pemimpin untuk setiap zaman, dan dia dianggap sebagai Al-Mahdi umat ini. Jika dia meninggal dunia, mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya”.

Kalaulah memang ada Ulama yang memfatwakan bahwa Syiah telah direstui sebagai Mazhab kelima dalam Islam, lalu bagaimana sikap kita mengimani syiah yang sudah jelas-jelas diterangkan oleh Imam Ibul Jauzi bahwa mereka adalah orang-orang yang terkena dalam Talbis Iblis.

Selanjutnya mari kita renungkan nasheat-nasehat Bijak dari Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya Mukhtasar Fawaid (Pesan-pesan Emas) Hal 51. Bahwa sikap orang yang Mengabaikan al-Quran ada beberapa macam :

1.      Tidak medengarkannya, tidak beriman kepadanya dan tidak menyimaknya
2.      Tidak mengamalkan (ajaran yang terkandung di dalam) nya dan tidak berpijak pada halal haram (yang termuat) di dalamnya sekalipun dia membaca dan mengimaninya
3.      Tidak menjadikannya sebagai Hakim dan tidak mencari keputusan hukum kepadanya
4.      Tidak merenungkannya, tidak memahaminya dan tidak mengetahui apa yang diinginkan Allah darinya yang dengannya Dia berbicara.
5.      Tidak menggunakannya sebagai obat penyembuh dari segala bentuk penyakit dari selain Alquran, dan tidak menggunakan Alquran sebagai obat. Semua itu termasuk ke dalam Firman Allah SWT :

Berkatalah Rasul, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan alQuran ini suatu yang diabaikan” (Qs. Al-Furqan : 30).

Untuk itu saya mencoba menyorotinya dari poin ketiga diatas, bahwa sikap mengabaikan Al-Qur’an itu adalah, “tidak menjadikannya sebagai Hakim dan tidak mencari keputusan hukum kepadanya”. Hal ini tentu sangat bertentangan  dengan Alquran dari apa yang dikatakan mereka bahwa “lebih baik memilih pemimpin Kafir tapi jujur, daripada pemimpin Muslim tapi korupsi”. Disatu sisi kejujuran pemimpin kafir tentu tidak akan memakmurkan umat Islam di indonesia, bahkan menjadi petaka ketika memberikan hukum dengan menghalalkan yang haram semisal minuman keras.

Dan Alquran telah menjelaskan bahwa kita sebagai umat Islam tidak boleh memilih pemimpin Kafir.
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain dari orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah (untuk menghukummu)?” (Qs. An-Nisa : 144).

“kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih, yaitu orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah” (Qs. An-Nisa : 138-139).

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...