Dalam mengkaji sirah-sirah Nabawiyah, kita sering
mendengar istilah Jahiliyah sebelum kemudian nanti membahas tentang Dakwah Nabi
dan kebangkitan islam yang diemban olehnya. Islam yang mampu menjadi oase di
tengah gurun, dalam kajian sejarah kita mengetahui ia lahir di tengah-tengah
masyarakat Jahiliyah yang tidak lagi mengamalkan ajaran Hanifiyah yang dibawa
oleh Abul Anbiya (bapak para Nabi), Ibrahim ‘alaihissalam.
Jahiliyah yang sangat dikenal dan melekat pada bangsa
arab saat itu adalah penyembahan terhadap berhala-berhala dan kemusyrikan yang
tersebar di Jazirah arab. Ibnu Hisyam meriwayatkan bagaimana Amr bin Luhayyi
ini memasukkan penyembahan berhala kepada bangsa arab. Ia berkata, “Amr bin
Luhayyi keluar dari Mekkah ke Syam untuk suatu keperluannya. Ketika sampai di
Ma’ab, di daerah Balqa’, pada waktu itu di tempat tersebut terdapat anak
keturunan Amliq bin Laudz bin Sam bin Nuh.
Dia melihat mereka menyembah berhala-berlaha. Amr bin
Luhayyi lalu berkata kepada mereka, “apakah berhala-berhala yang kamu sembah
ini?”. Mereka menjawab, “ini adalah berhala-berhala yang kami sembah.
Kami meminta hujan kepadanya lalu kami diberi hujan. Kami meminta pertolongan
kepadanya lalu kamii ditolong. Amr bin Luhayyi lalu berkata lagi, “bolehkah
kamu berikan satu berhala kepadaku untuk aku bawa ke negeri arab? Agar mereka
juga menyembahnya”. Mereka pun memberinya satu berhala yang bernama Hubal,
lalu Amr membawanya ke Mekkah pulang ke Mekkah dan dipasanglah berhala
tersebut”
Demikian
adalah awal mula Jahiliyah bangsa arab yang berkaitan dengan menyembah berhala.
Kemudian Islam hadir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang melanjutkan dakwah
agama Hanifiyah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan menghapuskan Jahiliyah pada
saat itu hingga hari ini. Akan tetapi sejarah telah membuktikan bahwa ketika
zaman itu adalah sebuah zaman yang kosong dari kenabian (zaman ini) atau
melepaskan konsep Nubuwwah dalam kehidupan, maka ia akan kembali pada zaman
Jahiliyah.
Lebih jelasnya Alquran memberikan empat gambaran tentang
zaman jahiliyah, yang kesemua itu adalah mewakili jahiliyah pada saat itu.
Untuk kemudian kita membandingkan dengan konsep jahiliyah kekinian yang
semakin mengarah kepada dekadensi moral
bangsa dan agama. Pertama Alquran menggambarkan dengan Jahiliyah prasangka (Dzon
Al Jahiliyyah) atau jahiliyah Akidah, yaitu kebodohan Akidah bangsa arab
pada saat itu tentang keyakinan terhadap tuhan-tuhan mereka.
Karena mereka tidak mempunyai ilmu dan sumber yang pasti
tentang Tuhan mereka, maka yang dilakukan adalah mengira-ngira tentang Allah.
Allah berfirman, “mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti
sangkaan jahiliyah” (Qs. Ali Imran : 154). Lihatlah kejahiliyahan mereka
saat bertanya tentang konsep ketuhanan kepada Rasul, “Wahai Muhammad,
gambarkanlah kepada kami ciri-ciri Tuhan yang mengutus engkau itu? Allah
lalu menurunkan Surat Al-Ikhlas sebagai jawabannya.
Lihatlah sekarang, dimana kita hidup dalam realitanya
bahwa manusia meninggalkan Al-quran sebagai sebuah konsep kehidupan. Sehingga
Allah pun hilang dari kehidupan, ketika terjadi sebuah permasalahan dalam hidup
maka yang dicari bukanlah Allah melainkan meminta pertolongan kepada selain
Dia. Contohnya kita bisa melihat dari orang-orang yang meraup kekayaan dengan
jalan korupsi, membunuh, atau meminta pertolongan kepada dukun.
Kedua, Hukum jahiliyah (Hukmul Jahiliyyah). Allah
Berfirman, “apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki? (hukum) siapakah
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini
(agamanya)?” (Qs. Al-Maidah : 50). Hukum Jahiliyah adalah hukum yang pada
saat itu manusia tidak bersumber kepada hukum Allah, hukum jahiliyah tersebut
mencakup semua hukum dalam tata kehidupan manusia baik itu hukum sosial, hukum
Pernikahan, hukum Negara, hukum negara dan sebagainya.
Yang bisa kita lihat saat ini adalah hilangnya hukum
Allah, termasuk hukum tata negara. Bahwa di dalam Alquran Allah sudah
menegaskan agar tidak memilih orang kafir sebagai pemimpin selain dari
orang-orang beriman (Qs. An-Nisa : 144). Padahal ayatnya sangat jelas bahwa
barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka ia adalah kafir,
dzalim dan termasuk orang-orang fasik (Qs. Al-Maidah, 44, 45, 47).
Ketiga, penampilan jahiliyah (Tabarruj Al-Jahiliyyah).
Allah berfirman, “dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah) seperti
orang-orang jailiyah dahulu” (Qs. Al-Ahzab :33). Dalam islam sangat
memperhatikan betul bagaimana cara berpakaian yang syar’i, yakni dengan menutup
aurat dan tidak menimbulkan kesan sombong. Karena berpakaian yang baik adalah
bentuk dari penjagaan seseorang terhadap kehormatan dirinya.
Boleh kita membandingkan dengan busana yang kita lihat
hari ini. Kini busana bukan sekedar berfungsi untuk menutup aurat, akan tetapi
lebih kepada fashion dan gaya hidup yang hedonis. Bahkan yang menjadi ironisnya
ialah ketika berbusana rapih (syar’i) dinilai sebagai penampilan kolot dan
jadul, mereka yang berbusana mini lebih dihormati dan diapresiasi sebagai
sebuah seni mengindahkan tubuh, lalu mengabaikan konsep jahiliyah yang kita
pahami tersebut.
Keempat, Fanatisme Jahiliyah (Hamiyyatal Jahiliyyah).
Allah Berfirman, “ketika orang-orang yang kafir menanamkan kesombongan dalam
hati mereka (yaitu) kesombongan jahiliyah, maka Allah menurunkan ketenangan
kepada Rasul-Nya..”(Qs. Muhammad : 26). Yang terahir ini Ustad Budi Ashari
L.c (pakar sejarah Islam) mengatakan dengan kesombongan atau fanatisme
jahiliyah. Karena pada saat itu bangsa arab berselisih tentang perlombaan kuda
yang menimbulkan perpecahan diantara mereka, sebagian mengkultuskan pemenang
dan sebagian lain mencaci.
Islam adalah rahmatan lil ‘alamiyn, yaitu agama yang
menjadi rahmat bagi semesta alam. Agama yang mampu mengeluarkan manusia dari
gelapnya kehidupan jahiliyah menuju cahaya
islam yang siap menerangi siapapun yang menerimanya secara kaffah dan tidak
setengah-setengah. Karena jika konsep syariat dalam Islam diabaikan, maka yang
ada adalah Jahiliyah yang semakin merebak. Lihatlah hari ini bagaimana kita Jahiliyah
saat ini yang bahkan lebih jahiliyah dari zaman yang pernah kita kenal dalam
sejarah. Jika dalam sejarah kita mengenal anak perempuan dikubur hidup-hidup,
maka saat ini bayi yang belum terlahirpun dibunuh.
No comments:
Post a Comment