Monday, March 21, 2016

Mencintai Dalam Do’a




            Memang tidak mudah untuk mendefinisikan apa arti dari cinta. Karena cinta lahir dari setiap orang tanpa memandang latar belakang apapun. Dan semua orang telah dianugerahkan oleh Allah Yang Maha Mencinta, cinta-Nya (Rahmat) yang  menaungi seluruh alam. Disini saya tidak akan memberikan definisi tentang cinta, karena bagiku untuk sekarang ini sangat sulit untuk membedakan antara cinta dan nafsu.

            Jika ada sebuah pertanyaan dilontarkan kepadaku tentang perbedaan antara cinta dengan nafsu, mungkin dengan mudah bisa menjawab dengan pengalaman dan pengetahuanku yang minim. Akan tetapi dalam realitanya sangat sulit untuk menyadari batasan-batasan antara keduanya. Karena terkadang berbicara cinta, akan tetapi nafsu berselubung dan ikut campur di dalamnya. Atau berbicara nafsu, yang sesungguhnya akan mengorbankan orang-orang yang aku cintai ; keluarga, sahabat, Alquran dan diriku yang selalu terjerumus di dalamnya.

            Lebih adil jika aku mengatakan pada sumber yang memberikan Cinta, Allah SWT yang telah menegaskan dalam Firman-Nya :

والّذين أمنوا أشد حبا الله .......
“Adapun orang-orang yang beriman, sangat besar cintanya kepada Allah SWT” (Qs. Al-Baqarah : 165).

            Sedikit mencoba ku menganalisa tentang cinta dan nafsu, bahwa apa yang dikatakan orang tentang cinta yaitu “dari mata turun ke hati” tidaklah benar adanya, karena yang dilakukan  justru menjauhkan diri mereka dari Allah dan melanggar syariat-syariat yang telah ditetapkan-Nya, sehingga berujung pada nafsu (ammaroh Bissu’). 

Untuk sementara saya memberikan sedikit pendapat yang lebih tepatnya disebut sebagai nafsu, “dari mata turun ke aurat”. Karena memang yang diinginkan oleh sebagian orang yang mengatasnamakan nafsu dengan cinta, lebih mengedepankan nafsu. Hal ini berakibat dari seseorang yang menginginkan mencintai dalam diam, agar bisa terhindar dari nafsu yang melalaikan.

Sehingga lebih tepatnya cinta dalam apa yang ku alami saat ini, “dari mata naik menjadi Do’a”. Karena memang mencintai dalam diam tidak bisa sepenuhnya dibenarkan dan tidak sepenuhnya disalahkan, tergantung bagaimana seseorang melihatnya dalam perspektif yang berbeda.

Pendapatku mengatakan lebih condong pada yang pertama, bahwa mencintai dalam diam tidak sepenuhnya dibenarkan. Mencintai dalam diam membuat seseorang tersiksa dalam diamnya, tidak mampu berucap pada siapa yang ia cinta. Dan aku hanya berharap dalam doa, yakni bagi siapapun dia yang menjadi teman hidupku kelak.


·         Ghirah karena Lillah

Cemburu terkadang tak pantas. Tak pantas cemburu pada manusia yang memang belum diikat oleh ikatan agama. Karena memang  tempatku berharap hanya kepada Allah SWT. Memang tidak dapat dihindari perasan itu (cemburu) pasti ada, akan tetapi sebisa mungkin aku akan menahannya dan menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT. Karena begitu banyak pengalamanku dalam hidup yang dilenyapkan oleh angan-angan tentang wanita.

Semua apa yang dilakukan antara seseorang dengan lawan jenisnya akan berdampak pada semua aktifitas kehidupan,  tidak menutup kemungkinan terhadap pemikirannya. Yang paling berbahaya menurutku adalah ketika hal tersebut dapat melupakan dari mengingat Allah SWT. Karena Alquran secara tegas memberikan ciri khas dari orang-orang munafik, yaitu mereka yang sangat sedikit mengingat Allah SWT.

ولا يذكرون الله إلأ قليلا ......

"Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali” (Qs. An-Nisa : 142)

Sabar dan shalat adalah jalan terbaik dalam meminta pertolongan kepada Allah SWT. Akan tetapi jika nafsu itu terus  meliputi jiwa para pecinta ilmu, maka ia akan menjadi penghalang dengan ilmu tersebut dan penghalang kepada kedekatan Allah SWT (shalat), sehingga doa pun terhalang, yang ada hanyalah angan-angan kosong tentang masa depan. 

Imam Ibnul Jauzi mengatakan bahwa ada makna-makna yang bisa mendukung kehidupan shalat :

Pertama :

Kehadiran hati, maknanya adalah mengosongkan hati dari hal-hal yang mengusiknya. Pendukungnya adalah Hasrat. Jika muncul hasrat yang hendak mengusik hatimu, maka tidak ada jalan lain kecuali mengembalikan hasrat ini kepada shalat. Jika engkau merasa hatimu tidak hadir ketika shalat, maka ketahuilah bahwa sebabnya adalah iman yang lemah. Karena itu berusahalah untuk menguatkan iman.

Kedua :

Memahami makna-makna setiap bacaan. Ini termasuk pendukung kehadiran hati. Bisa saja hati benar-benar hadir mengiringi setiap bacaan, tapi tapi tanpa makna. Maka pikiran harus dikonsentrasikan untuk memahami maknanya, dengan menyingkirkan lintasan-lintasan pikiran dan memotong obyeknya. Sebab jika obyeknya tidak segera dipotong, lintasan pikiran tidak akan enyah. Karena obyek tersebut bisa dzahir dan bisa batin.
Dengan begitu kita bisa mengetahui hal-hal yang membuat shalat menjadi khusyu’ yakni dengan kehadiran hati, yakni memahami bacaan yang kita baca ketika shalat dan memotong jalan syahwat. Mencintai dalam do’a menghendaki aku berbuat demikian, karena aku tidak ingin fokus pada nafsu lalu mengabaikan do’a yang lebih utama. Selamat berjuang para pecinta yang mencari cinta-Nya. Kita mencinta pada Tuhan yang sama, dan diberikan anugerah dari Tuhan Yang Maha memberikan cinta. Oleh karena itu seharusnya kita menghendaki pada cara yang sama dalam menempuhnya.

Maroji’ : Minhajul Qasidin hal 28

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...