OLEH
: Ma’zumi
Al-qur’an sejatinya adalah risalah cinta yang diberikan
oleh Allah SWT kepada kekasih-Nya tercinta Baginda Nabi Muhammada SAW. Manusia
terbaik yang mampu membimbing umat dari gelapnya dunia jahiliyah menuju
peradaban manusia yang bercahaya. Hingga kini namanya selalu terpatri dalam
sanubari, tersebut dalam shalat, bahkan kemuliaannya hingga dipuji oleh seluruh
alam dan Allah pun bershalawat kepadanya. Beliaulah yang hingga kini masih
memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus, yakni jalan yang diridhoi untuk
menuju jalan-Nya.
Tiada kata yang lebih indah dari seorang pecinta terhadap
apa yang dicinta kecuali ia bertemu dengan siapa yang ia cintai. Yaitu Nabi
Muhammad saw yang selalu berharap akan cinta Allah, maka sebagai wasilah untuk
mencintai-Nya Allah memberikan risalah cinta yaitu Al-Qur’an Al-Karim. Namun
menjadi tidak adil ketika risalah tercinta tersebut hanya dinikmati oleh
Baginda Rasul, karena beliau diciptakan untuk membawa rahmat bagi semesta alam.
Maka Al-Qur’an yang diturunkan adalah untuk semua umatnya.
Harus kita syukuri bahwa Al-Qur’an yang diturunkan pada
zaman Rasul adalah mu’jizat yang dapat dinikmati oleh seluruh manusia lintas
zaman, lintas peradaban, hingga zaman kontemporer yang sedang kita rasakan hari
ini. Menjadi hal yang sangat merugikan apabila kita tidak dapat meraihnya.
Karena “Al-Qur’an adalah jamuan Tuhan, rugilah yang hadir namun tidak
menghadiri jamuannya, dan lebih rugi lagi yang hadir namun tidak menyantapnya”
(Al-Hadits).
Ironisnya Al-Qur’an yang sudah jelas-jelas sebagai
“risalah cinta” dari Allah untuk manusia khususnya umat Islam, kini sudah
menjelma sebagai barang usang dan asing yang terabaikan. Pasalnya arus
perkembangan modernisasi yang diusung dunia Barat sudah lebih berperan aktif
dalam mempengaruhi mental dan gaya hidup seseorang. Tentunya pola hidup yang
lebih condong pada dekadensi moral dan agama yang akan menjalar pada ranah
sosial, meskipun modernisasi tersebut melalui perkembangan Food, Fashion/style,
Fun dan Film.
Dengan hal ini penulis akan menyorotinya dari segi
Fashion atau gaya hidup yang selalu menghiasi tangan kita yaitu
Gadget/smartphone. Benda yang satu ini sangat lazim kita temui dimanapun,
kapanpun, dalam hal apapun, bahkan oleh siapapun. Tidak heran jika dampak
negatifnya sangat beragam, salah-satunya adalah munculnya sebuah istilah baru
bahwa gadget mampu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Tidak luput dari pengalaman penulis yang melihat secara
langsung dan membenarkan ungkapan tersebut bahwa memang adanya gadget sering melalaikan
dan menjauhkan teman yang berada di sampingnya. Ketika sebuah perkumpulan
silaturrahim, bukan kerinduan bertemu yang didapat akan tetapi masing-masing
sibuk dengan gadget yang ada di tangan. Di kampus, sekolah, kantor bahkan dari
musibah yang paling membahayakan sekalipun dapat terjadi karena sibuk dengan
gadget.
Menjelang tidur hingga hendak tidur kembali di malam hari,
seakan-akan benda yang satu ini Ibarat kitab suci panduan kehidupan manusia di
zaman Modern. Apalah arti sebuah zaman modern jika semuanya diukur dari
perkembangan teknologi, merasa bangga dan seakan-akan mempunyai prestasi yang
tinggi karena sudah ikut andil dalam bergaul dengan istilah modern. Generasi
muda yang disibukkan dengan game online, sementara Shalat diabaikan. Mengikuti
perkembangan lagu-lagu terbaru dari artis-artis ternama sementara Al-Qur’an
diabaikan.
Fenomena tersebut senada dengan apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an bahwa
Rasulullah SAW mengeluh karena kaumnya banyak yang lalai terhadap Al-Qur’an.
“dan Rasulullah (Muhammad SAW) berkata : “ Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku
telah menjadikan Al-Qur’an ini diabaikan.” (Qs. Al-Furqan : 30). Sebenarnya
kitab suci kita Al-Qur’an atau Gadget?
siapakah yang kita jadikan sebagai Uswah Hasanah dalam kehidupan
sehari-hari?
Okeylah kalau memang masih ada yang beralasan di hp masih
ada Al-Qur’an sebagai bukti kecintaan terhadap Al-Qur’an. Boleh saja beralasan
seperti itu, akan tetapi apakah porsi terbaik waktu yang digunakan lebih condong
terhadap Al-Qur’an? ataukah lebih banyak menggunakan hp sebagai media penghibur
diri dengan banyak membuang-buang waktu karenanya? Bahkan shalat pun terlalu
mudah dilalaikan, adapun tasbih-tasbih yang dahulu digunakan untuk berdzikir
ketika shalat pun kini telah berubah menjadi Gadget.
Perlu diingat bahwa ayat Al-Qur’an yang menerangkan
tentang orang-orang yang melalaikan diri dari mengingat Allah karena hartanya
adalah Surat Al-Munafiqun ayat 09. “ Hai orang-orang beriman, janganlah
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang
berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.”.
Islam adalah Agama yang indah, salah-satu keindahan Islam
bisa kita dapatkan ketika kita mampu mengatur waktu sebaik mungkin. Waktu
bukanlah hal spele, Allah pun bersumpah demi waktu dan diabadikan menjadi
salah-satu nama Surat Al-Qur’an (Al-‘Ashr). Nabi pun bersabda bahwa umur
umatnya rata-rata adalah 60-70 tahun.
Hal ini menjadi isyarat bagi kita bahwa jangan sampai menyia-nyiakan waktu
hidup (umur), karena hidup hanya satu kali maka merugilah orang-orang yang
tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Islam tidak melarang bentuk perkembangan teknologi (hp)
selagi itu bisa menjadi media dakwah. Hanya saja sangat rugi jika kita terlalu
mudah membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak penting,berabad-abad yang
lalu Rasulullah SAW mengingatkan dalam sebuah Hadits, “Pergunakanlah Lima
Perkara sebelum datangnya lima perkara : masa mudamu sebelum datang masa tuamu,
sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, senggangmu sebelum sibukmu,
dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Hakim).
No comments:
Post a Comment