oleh : Ma'zumi
“Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian
dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa.” (Qs. Ar-rum : 54).
Ayat diatas begitu jelas menggambarkan kepada kita bahwa
kehidupan manusia terbagi menjadi tiga fase, dimana ketiga fase tersebut sangat
menentukan kualitas nilai kehidupan manusia itu sendiri jika dimanfaatkan
sebaik mungkin. Ketiga fase tersebut adalah fase lemah, kuat dan kembali lemah.
Yang menariknya adalah di tengah ketiga fase tersebut, ada satu fase yang
sangat menentukan, yaitu fase kuat. Dan fase kuat tersebut hanya dimiliki oleh
anak muda.
Ustadz Budi Ashari L.c pakar Sejarah Islam mengatakan
bahwasanya pemuda adalah hidup diantara dua kelemahan. Hanya satu kesempatan
hidup ini yang dimiliki oleh seseorang untuk berkarya adalah pemuda. Pemuda
yang menjadi tulang-punggung Bangsa dan Agama, dan pemudalah yang akan merubah
Dunia dengan satu fase kekuatan tersebut. Tidak salah jika Presiden pertama
kita pernah mengatakan, “Berikan kepadaku sepuluh pemuda, maka akan ku
guncangkan dunia”.
Kalimat tersebut mungkin sederhana
dan dapat dipahami oleh semua orang dengan mudah. Akan tetapi jika kita tidak
mempunyai daya pikir yang kritis dan analitis tentu kalimat tersebut hanya
numpang lewat pada daun telinga kita, istilah kata masuk telinga kanan keluar
lagi lewat telinga kanan (mental). Sehingga esensinya belumlah menghujam pada
diri pemuda Indonesia yang kini banyak dipengaruhii oleh gejolak arus
modernisasi yang terlalu hedonis dan memanjakan fisik.
Dekadensi moral yang menjangkit para pemuda kita menjadi
jembatan kebodohan umat yang berkepanjangan. Mereka lebih senang dengan dunia
yang memanjakan fisik, seperti gaya hidup yang mengekor pada hedonisme ala
Barat. Disini kita melihat bahwa kekuatan pemuda sungguh sangat mudah dilemahkan
hanya dengan hal-hal sepele yang sesungguhnya tak bernilai.
Yang ada hanyalah Yang tua semakin menjadi mesin pemakan
nafsu “kursi Jabatan” pemerintahan. Apakah kalangan mereka tidak lagi percaya
dengan anak muda yang akan merubah bangsa? Ataukah pemuda tidak percaya dengan
kekuatan dirinya? Sungguh menjadi aib suatu Bangsa adalah ketika pemuda tidak
mampu menjadi agen perubahan (agent of change).
Menjadi kerugian tersendiri bagi pemuda adalah ketika tidak
mampu memanfaatkan momen-momen perjuangan hidup
yang harus dilalui. Kapan mau ditunggu dan kapan akan melangkah,
kesempatan pemuda hanyalah satu kali seumur hidup. Karena memang tidak ada
orang tua yang kuat tanpa ia melalui masa-masa muda dengan semangat, lihatlah
potret pemuda masa kini yang sudah tua sebelum menginjak usia tua yang
sesungguhnya.
Apalah arti hebat dan modern jika perkembangan dunia
Modern menjadikan mereka berleha-leha dan bersantai ria menikmati hidup tanpa
ada nilai nasionalisme untuk Bangsa dan jiwa dakwah untuk Agama. Prof. Dr.
Hamka mengatakan, “kalau hanya sekedar hidup, kera di rimba juga hidup.
Kalau kerja hanya sekedar kerja kerbau di sawah pun Bekerja”. Setidaknya
ungkapan tersebut sudah cukup menjadi motivasi pemuda dan cabuk diri agar
benar-benar menjadi agen perubahan.
Melalui artikel ini penulis mengajak para pemuda untuk
berdakwah sesuai dengan peran masing-masing. Dakwah dengan sebenar-benarnya
dakwah untuk menegakkan kalimatullah di bumi dan menjadikan diri kita sebagai
manifestasi dari Kalam Allah SWT yang menakdirkan kita sebagai Khalifatullah
fil Ardh (Qs. Al-Baqarah : 30). Karena tugas kita adalah khalifah di Bumi, maka
masing-masing kita harus berperan dalam agen perubahan Dunia.
Kita sudah terlalu lelah dan bosan dengan mengeluh dan
mengeluh pada keadaan bangsa yang kita sendiri tidak pernah puas melihat
perkembangannya. Ada apa dengan bangsa ini yang setiap hari selalu menangis dan
merintih merindukan kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ada hanyalah kemanusiaan
yang hewaniyah dan biadab. Pemudalah yang mampu merubah bangsa ini menjadi
lebih baik.
Makruf Al-Karkhi Berkata, “menuntut surga tapi tak
beramal adalah dosa. Mengharap Syafa’at dengan tidak bersebab adalah suatu
macam kesombongan. Menuntut rahmat dengan tidak menuruti jalan ta’at adalah
kejahilan dan kedunguan”.
Sama halnya
dengan ungkapan ketika kita menuntut Indonesia untuk bangkit akan tetapi tidak
berbuat bahkan malah mencemooh adalah hanya menambah beban Bangsa dan sampah
opini. Kritis boleh, asalkan dibarengi dengan solusi dan aksi nyata untuk
merubah bangsa menuju jiwa yang berperadaban. Buya Hamka mengatakan bahwa
kemuliaan terbagi menjadi dua, kemuliaan
hidup dan kemuliaan jasa. Dan kemuliaan itu akan didapatkan bagi mereka yang
berjiwa muda.
Pemuda jangan takut untuk berdakwah, di tanganmu adalah
amanah umat yang harus diemban. Alkisah, sahabat mulia Amr bin Ash r.a suatu
hari melewati majelis Quraisy. Majelis terhormat yang berisi orang-orang
terhormat. Mereka tidak mengizinkan anak-anak muda masuk, karena dianggap tidak
layak.
Kemudian Amr bin Ash menegur mereka dengan mengatakan, “ada
apa dengan kalian ini, kalian menyingkirkan anak-anak muda? Jangan lakukan..!
lapangkan majelis kalian untuk mereka. Mereka memang masih kecil tapi sebentar
lagi mereka menjadi orang besar di kaum ini. Kalian juga dulunya kecil di kaum
ini dan kini kalian menjadi pembesarnya”.
Ulama besar Tabi’in yang bernama
Ibnu Syihab Az- Zuhri sering memotivasi anak-anak kecil dengan mengatakan, “jangan
merasa rendah diri hanya karena kalian masih berusia belia. Karena dahulu Umar
bin Khattab jika menghadapi masalah berat, beliau memanggil anak-anak muda
(berilmu), meminta pendapat mereka berharap ketajaman akal mereka.”
Dan benar saja,
pemimpin para pemuda yang menjadi pendamping Umar dalam mengurus negara adalah
Abdullah bin Abbas yang di awal kekhilafahan Umar usianya baru 15 Tahun. Atau
lihatlah Usamah Bin Zaid yang dengan umurnya 18 tahun mampu menjadi pemimpin
kaum muslimin dalam perang melawan Romawi.
Demikian adalah potret anak muda yang mengagungkan yang
dalam hidupnya memanfaatkan satu fase yang sangat menentukan. Pemuda harus
berdakwah dan rela memberikan kontribusi bagi Bangsa baik berupa gerakan,
pemikiran dan revolusi Dunia. ungkapan mutiara selalu mengatakan, “tua itu
pasti, dewasa itu pilihan”. Hidup sudah tentu, mati pun sesuatu yang
niscaya, maka hiduplah yang bernilai.
No comments:
Post a Comment