Thursday, February 4, 2016

PEMUDA HARUS BERDAKWAH



 oleh : Ma'zumi

            “Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Qs. Ar-rum : 54).

            Ayat diatas begitu jelas menggambarkan kepada kita bahwa kehidupan manusia terbagi menjadi tiga fase, dimana ketiga fase tersebut sangat menentukan kualitas nilai kehidupan manusia itu sendiri jika dimanfaatkan sebaik mungkin. Ketiga fase tersebut adalah fase lemah, kuat dan kembali lemah. Yang menariknya adalah di tengah ketiga fase tersebut, ada satu fase yang sangat menentukan, yaitu fase kuat. Dan fase kuat tersebut hanya dimiliki oleh anak muda.

            Ustadz Budi Ashari L.c pakar Sejarah Islam mengatakan bahwasanya pemuda adalah hidup diantara dua kelemahan. Hanya satu kesempatan hidup ini yang dimiliki oleh seseorang untuk berkarya adalah pemuda. Pemuda yang menjadi tulang-punggung Bangsa dan Agama, dan pemudalah yang akan merubah Dunia dengan satu fase kekuatan tersebut. Tidak salah jika Presiden pertama kita pernah mengatakan, “Berikan kepadaku sepuluh pemuda, maka akan ku guncangkan dunia”.

            Kalimat tersebut mungkin sederhana dan dapat dipahami oleh semua orang dengan mudah. Akan tetapi jika kita tidak mempunyai daya pikir yang kritis dan analitis tentu kalimat tersebut hanya numpang lewat pada daun telinga kita, istilah kata masuk telinga kanan keluar lagi lewat telinga kanan (mental). Sehingga esensinya belumlah menghujam pada diri pemuda Indonesia yang kini banyak dipengaruhii oleh gejolak arus modernisasi yang terlalu hedonis dan memanjakan fisik.

            Dekadensi moral yang menjangkit para pemuda kita menjadi jembatan kebodohan umat yang berkepanjangan. Mereka lebih senang dengan dunia yang memanjakan fisik, seperti gaya hidup yang mengekor pada hedonisme ala Barat. Disini kita melihat bahwa kekuatan pemuda sungguh sangat mudah dilemahkan hanya dengan hal-hal sepele yang sesungguhnya tak bernilai. 

            Yang ada hanyalah Yang tua semakin menjadi mesin pemakan nafsu “kursi Jabatan” pemerintahan. Apakah kalangan mereka tidak lagi percaya dengan anak muda yang akan merubah bangsa? Ataukah pemuda tidak percaya dengan kekuatan dirinya? Sungguh menjadi aib suatu Bangsa adalah ketika pemuda tidak mampu menjadi agen perubahan (agent of change). 

            Menjadi kerugian tersendiri bagi pemuda adalah ketika tidak mampu memanfaatkan momen-momen perjuangan hidup  yang harus dilalui. Kapan mau ditunggu dan kapan akan melangkah, kesempatan pemuda hanyalah satu kali seumur hidup. Karena memang tidak ada orang tua yang kuat tanpa ia melalui masa-masa muda dengan semangat, lihatlah potret pemuda masa kini yang sudah tua sebelum menginjak usia tua yang sesungguhnya.

            Apalah arti hebat dan modern jika perkembangan dunia Modern menjadikan mereka berleha-leha dan bersantai ria menikmati hidup tanpa ada nilai nasionalisme untuk Bangsa dan jiwa dakwah untuk Agama. Prof. Dr. Hamka mengatakan, “kalau hanya sekedar hidup, kera di rimba juga hidup. Kalau kerja hanya sekedar kerja kerbau di sawah pun Bekerja”. Setidaknya ungkapan tersebut sudah cukup menjadi motivasi pemuda dan cabuk diri agar benar-benar menjadi agen perubahan.

            Melalui artikel ini penulis mengajak para pemuda untuk berdakwah sesuai dengan peran masing-masing. Dakwah dengan sebenar-benarnya dakwah untuk menegakkan kalimatullah di bumi dan menjadikan diri kita sebagai manifestasi dari Kalam Allah SWT yang menakdirkan kita sebagai Khalifatullah fil Ardh (Qs. Al-Baqarah : 30). Karena tugas kita adalah khalifah di Bumi, maka masing-masing kita harus berperan dalam agen perubahan Dunia.

            Kita sudah terlalu lelah dan bosan dengan mengeluh dan mengeluh pada keadaan bangsa yang kita sendiri tidak pernah puas melihat perkembangannya. Ada apa dengan bangsa ini yang setiap hari selalu menangis dan merintih merindukan kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ada hanyalah kemanusiaan yang hewaniyah dan biadab. Pemudalah yang mampu merubah bangsa ini menjadi lebih baik. 

            Makruf Al-Karkhi Berkata, “menuntut surga tapi tak beramal adalah dosa. Mengharap Syafa’at dengan tidak bersebab adalah suatu macam kesombongan. Menuntut rahmat dengan tidak menuruti jalan ta’at adalah kejahilan dan kedunguan”.

                Sama halnya dengan ungkapan ketika kita menuntut Indonesia untuk bangkit akan tetapi tidak berbuat bahkan malah mencemooh adalah hanya menambah beban Bangsa dan sampah opini. Kritis boleh, asalkan dibarengi dengan solusi dan aksi nyata untuk merubah bangsa menuju jiwa yang berperadaban. Buya Hamka mengatakan bahwa kemuliaan terbagi menjadi  dua, kemuliaan hidup dan kemuliaan jasa. Dan kemuliaan itu akan didapatkan bagi mereka yang berjiwa muda.

            Pemuda jangan takut untuk berdakwah, di tanganmu adalah amanah umat yang harus diemban. Alkisah, sahabat mulia Amr bin Ash r.a suatu hari melewati majelis Quraisy. Majelis terhormat yang berisi orang-orang terhormat. Mereka tidak mengizinkan anak-anak muda masuk, karena dianggap tidak layak.

            Kemudian Amr bin Ash menegur mereka dengan mengatakan, “ada apa dengan kalian ini, kalian menyingkirkan anak-anak muda? Jangan lakukan..! lapangkan majelis kalian untuk mereka. Mereka memang masih kecil tapi sebentar lagi mereka menjadi orang besar di kaum ini. Kalian juga dulunya kecil di kaum ini dan kini kalian menjadi pembesarnya”.

            Ulama besar Tabi’in yang bernama Ibnu Syihab Az- Zuhri sering memotivasi anak-anak kecil dengan mengatakan, “jangan merasa rendah diri hanya karena kalian masih berusia belia. Karena dahulu Umar bin Khattab jika menghadapi masalah berat, beliau memanggil anak-anak muda (berilmu), meminta pendapat mereka berharap ketajaman akal mereka.”
                Dan benar saja, pemimpin para pemuda yang menjadi pendamping Umar dalam mengurus negara adalah Abdullah bin Abbas yang di awal kekhilafahan Umar usianya baru 15 Tahun. Atau lihatlah Usamah Bin Zaid yang dengan umurnya 18 tahun mampu menjadi pemimpin kaum muslimin dalam perang melawan Romawi.
            Demikian adalah potret anak muda yang mengagungkan yang dalam hidupnya memanfaatkan satu fase yang sangat menentukan. Pemuda harus berdakwah dan rela memberikan kontribusi bagi Bangsa baik berupa gerakan, pemikiran dan revolusi Dunia. ungkapan mutiara selalu mengatakan, “tua itu pasti, dewasa itu pilihan”. Hidup sudah tentu, mati pun sesuatu yang niscaya, maka hiduplah yang bernilai.
           

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...