
Oleh : Ma’zumi
Mahasiswa Semester VI STAI La-Tansa
Mashiro, Rangkasbitung. dan Pengajar di PPM.MANAHIJUSSADAT
Imam Al-Ghazali adalah Ulama yang dikenal dengan bukunya
yang berjudul “Ihya’ Ulumuddin”. Ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil
dari kisah singkat dalam Majelis ilmu Imam Al-Ghozali. Suatu hari, Imam
Al-Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu beliau mengajukan 6
pertanyaan. Pertama, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”.
Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman
dan kerabatnya. Imam Al-Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi
yang paling dekat dengan kita adalah “MATI”. Sebab itu sudah janji Allah SWT
bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Hidup di dunia ini hanya sementara
dan di dalamnya tidak lain adalah kesenangan yang fatamorgana.
“Tiap-tiap yang
berjiwa pasti akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari Api Neraka dan dimasukkan
ke dalam Surga, maka Sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Qs. Ali- Imran : 185).
Sudahkah kita menjalankan konsep Taqwa dengan
sebenar-benarnya taqwa dalam kehidupan ini? Sungguh taqwa akan mengantarkan
kepada petunjuk jalan yang diridhai Allah SWT untuk menuju Surga-Nya.
Pertanyaan kedua adalah, “apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?
Murid-muridnya ada yang menjawab negara China, bulan, matahari, dan
bintang-bintang.
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang
mereka katakan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “MASA LALU”.
Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa
lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang
dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Memperbanyak amal kebaikan
dan menutup amal keburukan.
Pertanyaan ketiga, “Apa yang paling besar di dunia ini?”.
Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi dan matahari. Lalu Imam Ghazali
mengatakan semua jawaban itu benar, tapi yang paling besar di dunia ini adalah “NAFSU”.
Nafsu yang tidak bisa menahannya adalah karena manusia enggan untuk mengikuti
apa yang diperintahkan Allah SWT dan dibawa oleh Rasul-Nya.
“Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”
(Qs. Al-A’raf : 179).
Pertanyaan keempat, “Apa yang paling berat di dunia
ini?” ada yang menjawab besi, baja, dan gajah. Imam Ghazali mengatakan
semua jawaban benar, tapi yang paling berat adalah “AMANAH”. Sebagaimana yang
termaktub dalam Firman Allah SWT, “Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat
kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (Qs. Al-
Ahzab : 72).
Kebanyakan para Ahli Tafsir memaksudkan dengan amanah
disini adalah tugas-tugas keagamaan. Pada awal-awal kejayaan Islam, kita
mendengar bahwa para sahabat, tabi’in, ketika mereka diberikan amanah mereka
menangis bahkan banyak yang menolak. Berbeda dengan apa yang kita lihat hari
ini, zaman ketika amanah diperjual-belikan dengan harga yang murah hanya demi
kepentingan kelompok, bukan untuk membangun umat.
Pertanyaan kelima adalah, “Apa yang paling ringan di
dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan
daun-daun. Semua itu benar kata Imam Ghazali. Tapi yang paling ringan di dunia
ini adalah meninggalkan “MENINGGALKAN SHALAT”. Padahal kita semua telah
mengetahui bahwa shalat adalah penentu dari semua amal kita, kalau shalatnya
benar maka benarlah semua amalnya, dan begitu pula sebaliknya.
Pertanyaan keenam adalah, “Apakah yang paling tajam di
dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab dengan serentak, Pedang. Imam Ghazali
mengatakan benar, akan tetapi yang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA”. Karena
melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasan
saudaranya sendiri. Demikian adalah kisah dari Majelis Ilmu yang agung, di
dalamnya terdapat banyak hikmah yang bisa kita petik sebagai muhasabah diri.
No comments:
Post a Comment