Tuesday, December 1, 2015

PENTINGNYA MENGHAFAL ILMU



Belajar  dari Imam Ibnu Jauzi

oleh : Yusuf Ma'zum Al-Hujjah

            Sangat banyak kita temui dari para santri keluhan-demi keluhan tentang banyaknya hafalan di pondok sehingga membuatnya pusing, berbeda dengan ketika ia masih sekolah di luar yang tidak mengedepankan menghafal sebagai proses pendidikan.  Jika  anda termasuk santri yang sangat membenci pelajaran yang di dalamnya diwajibkan oleh Guru untuk “menghafal”, maka sebenarnya tidak ada yang salah dari Guru ketika ia menyuruh untuk menghafal pelajaran, yang perlu dirubah adalah perspektif dalam menghafal ilmu itu sendiri, bahwa menghafal adalah sesuatu yang menyenangkan dan membuat kita menjadi pintar.

            Dikutip dari kitab yang berjudul “Al-Hats ‘ala Hifdzil Ilmi Wa Dzikr Kibar Al-Huffadz” karya Imam Ibnu Jauzi dengan judul terjemahan, “Hafalan Buyar tanda tak pintar” disini penulis hanya ingin memaparkan betapa pentingnya menghafal ilmu bagi para santri terutama dalam menghafal Al-Qur’an dan Hadits. Karena tradisi keilmuan islam adalah dengan mempelajari ilmu melalui proses hafalan, hal ini yang telah diajarkan oleh  Nabi Muhammad s.a.w. dalam mengajarkan para sahabatnya, hingga generasi tabi’in masih banyak yang menggunakan menghafal sebagai proses menjadikan pribadi yang berilmu.

            Namun sekularisme yang diusung  peradabana Barat membuat mata rantai khazanah keilmuan Islam terputus, sehingga seorang penuntut ilmu dari kalangan santri/muslim tidak menemukan induk dari pendidikan Nabawi yang menekankan terhadap kurikulum iman dan ilmu. Walhasil, output dari tarbiyah sendiri masih tidak mampu melahirkan generasi terbaik sebagaimana generasi terdahulu. Seperti para ilmuan Islam yang berkiprah hampir pada setiap bidang ilmu, mereka mengawalinya dari proses hafalan (Al-Qur’an/Hadits).

 Pendidikan yang bercorak Barat hanya menekankan sekularisme tanpa mengedepankan keimanan dan akhlak, sehingga sekularisme Pendidikan yang ada berakibat memisahkan agama dan keberagamaan dari kehidupan.  Ketika agama sudah dipisahkan dalam kehidupan, maka yang terjadi hanyalah kerusakan dan ketimpangan dalam konsep dan realita kehidupan yang ada. Oleh karena itu, mari kita junjung kembali dengan tradisi keilmuan islam yang telah terbukti menghasilkan generasi terbaik, salah-satunya adalah  dengan memulai pembelajaran diawali dengan proses menghafal.

            Urutannya adalah ketika seseorang hendak belajar, maka yang pertama kali ia pelajari  dalam usia sebelum baligh diajarkan tentang akidah (iman) dan adab sopan-santun, sehingga ketika ia hendak belajar ilmu (Al-Qur’an) maka imannya bertambah. Syekh Nawawi Al-Bantani sendiri memberikan urutannya yaitu, ilmu tauhid, Tafsir, Ilmu Tafsir, Fiqih, Ushul Fiqh dan Bahasa Arab. Yang menjadi permasalahan kita hari ini adalah tidak belajar iman, tidak pula belajar Al-Qur’an, sehingga semakin nyata dekadensi moral umat.

            Dalam Mukaddimahnya Imam Ibnu Jauzi mengatakan, “sesungguhnya Allah S.W.T. mengistimewakan umat kita dengan menghafal Al-Qur’an dan Ilmu. Umat sebelum kita juga membaca kitab mereka yang terdapat dalam lembaran-lembaran, akan tetapi mereka tidak mampu menghafalkannya. Tatkala Uzair datang dan membaca Kitab Taurat dengan Hafalan di luar kepala, mereka berkata, “ Apakah ini anak Allah S.W.T?” .

            Betapa terkejutnya Bani Israil yang menemukan seorang pemuda yang mampu menghafal seluruh isi kitab Taurat sehingga mereka menyebutnya dengan “Anak Allah”, sehingga hal demikian diabadikan dalam Al-Qur’an (Qs. At-Taubah :30). hal ini diibaratkan dengan umat islam yang mampu menghafal Al-Qur’an 30 Juz di luar kepala, apakah mereka menganggap bahwa orang yang hafal Al-Qur’an adalah anak Allah?. Selanjutnya ia mengungkapkan, “Bagaimana kita tidak bersyukur saat melihat anak yang berusia  7 Yahun sudah Hafal Al-Qur’an”.

            Sungguh luar bisanya ciptaan Allah S.W.T. apabila kita mau mengkajinya lebih mendalam. Manusia terlahir kedunia dengan tugas sebagai Khalifah Allah di bumi, oleh karena manusia adalah mahluk yang diberikan beban maka Allah memberikan Akal untuk berpikir dan bertugas sesuai dengan yang dikehendaki Allah S.W.T. Salah satu yang telah digariskan oleh Allah adalah bahwa manusia diciptakan dengan bentuk yang sempurna (Qs. At-Tin : 4).

            Manusia diberikan bekal Intelektual berupa 100 miliar neuron aktif serta 900 miliar neuron pendukung saat lahirnya, sebuah potensi luar biasa sebagai bekal menjalani peran sebagai Khalifatullah di bumi. Karena jika setiap detik sebuah informasi baru masuk ke dalam otak, maka dalam waktu 30 juta tahun otak kita baru akan terisi penuh, menjadi hal yang sangat disayangkan jika nikmat yang besar ini disia-siakan, apalagi oleh seorang penuntut ilmu khususnya dari kalangan santri sendiri. Hal ini yang sangat bertentangan dengan teori pendidikan Barat yang mengatakan bahwa menghafal adalah tidak ramah terhadap otak.

            Demikian apa yang disampaikan oleh Imam Ibnu Jauzi dalam bukunya, ia adalah seorang Ulama Besar yang di tangannya ribuan Yahudi dan Nasrani masuk Islam. dan menggantikan gurunya yang wafat untuk mengajar di Majelis ilmu saat ia berusia Baligh. Sehingga beliau lebih pantas untuk membahas tentang pentingnya menghafal ilmu.

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...