Thursday, December 24, 2015

LELAKI IDAMAN VERSI AL-QUR’AN



oleh : Yusuf Ma'zum

            Banyak wanita yang hingga kini dengan usianya yang relatif menginjak masa pelaminan tidak kunjung menemukan calon Imam yang akan mendampinginya kelak. Karena untuk memilih seperti itu tidak semudah mengedipkan kedua mata. Namun sejauh mata memandang, wanita dituntut demikian. Begitu pula dengan lelaki yang mempunyai tanggung jawab yang lebih besar memegang amanah Qowwamah dalam rumah tangga.
            Banyakk jalan yang ditempuh seseorang dalam menuju masa pelaminan. Seperti pacaran, Teman tapi mesra (TTM), kawin gantung dan sebagainya. Alangkah perihnya hidup yang dirasakan seseorang yang bertahun-tahun menjalankan ikatan cinta, namun takdir pula lah yang memisahkan, karena manusia tidak akan puas berbicara masalah takdir tan tidak mungkin ada jodoh yang tertukar. Dengan alasan demikian, maka manusia diberikan panduan untuk mengenal rahasia langit. Termasuk memahami calon pasangan hidup yang akan dipilih yaitu memilih lelaki idaman versi AL-Qur’an.

            Pertama, kita harus yakin bahwa Alllah SWT tidak akan menzalimi hamba-Nya dan tidak mungkin memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya. Tapi kenapa cobaan hidup terasa amat berat? Karena mungkin sebagai hamba Allah SWT kita banyak melalaikan-Nya. Banyak melalaikan Allah SWT berarti banyak melalaikan kebaikan, dengan demikian apakah kita pantas berharap kebaikan (jodoh) sedangkan kita sendiri melupakan-Nya? Ataukah beratnya hidup termasuk dari cobaan yang diberikan Allah SWT, kedua hal itu mungkin terjadi. Tapi pastinya bahwa Allah SWT tidak akan mendzalimi hamba-Nya.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(Qs. Al- Baqarah : 286).
            Kedua, tentu wanita  menginginkan calon Imam yang Shaleh dan taat pada agamanya, sungguh menjadi kesalahan yang besar jika yang diukur hanya harta. Lalu untuk mengetahui kadar keshalehan seseorang kita bisa melihatnya dari Surat Al-Tahrim yang sudah sangat lengkap membicarakan tentang keluarga. Dimulai deri keluarga yang paling mulia, yaitu keluarga Nabi Muhammad Saw. Dan diahiri oleh contoh keluarga yang gagal dalam pembinaannya, yaitu keluarga Nabi Luth as, Nabi Nuh as dan Asiyah yang bersuamikan Fir’aun Laknatullah. 

            Akan tetapi Allah memberikan Konsep dasar dalam ayat tersebut yaitu tentang membina keluarga dan bagaimana cara mencari calon Imam keluarga yang shaleh. 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-Tahrim : 06).

            Kata   "قوا  dalam dalam ayat tersebut masih ada kaitannya dengan kata Taqwa yang berakar kata dari “Waqaa-Yaqiiy- Wiqooyatan” yang mempunyai arti “mencegah”. Istilah mencegah biasanya digunakan untuk mengantisipasi seusuatu kemungkinan buruk yang belum terjadi, jika sudah terjadi keburukan tapi belum tercegah berarti keluar dari konsep ini. Maka untuk mencari lelaki Idaman adalah yang pandai mencegah dari hawa nafsu ingin bertemu sebelum pertemuan suci yang diucapkan lewat akad Nikah. sehingga tercapailah tujuan kedua dari ayat tersebut yaitu pemimpin keluarga yang sanggup menjaga keluarganya dari Api Neraka.

            Lalu apakah laki-laki yang hobi berpacaran, bertemu dengan yang bukan mahram hingga tiada batas dalam pergaulannya bisa menjaga keluarganya dari Api Neraka? Padahal di awal ia tidak sanggup untuk menahan hawa nafsu syahwatnya. Ialah seorang Dayus yang tidak akan mencium bau surga, yaitu seorang suami yang tidak cemburu ketika Istri dan anak perempuannya berjalan dengan lelaki lain (Hadits).
            Lelaki yang shaleh adalah mereka yang selalu merindukan Masjid dan selalu membasahi lidahnya dari berdzikir kepada Allah SWT. Hal ini pula yang termaktub di dalam Hadits bahwa ia termasuk dari 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tiada lagi  selain naungan-Nya.

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh.(Qs. Al-Ankabut : 9).

                Al-Qur’an ketika membicarakan tentang orang yang bertashbih di rumah-rumah Allah SWT pagi dan petang, maka kata yang muncul setelah ayat tersebut adalah “Rijal” yang berarti laki-laki. 

“ Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang Telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (         Qs. Nur : 36-37).

            Serta dalam ayat yang lain ketika berbicara tentang hamba Allah SWT yang selalu mensucikan dirinya di dalam Masjid, maka yang keluar adalah kata “Rijal”.
Ÿ
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (Qs. At-Taubah : 108).

            Irman adalah cerminan hamba Allah SWT yang shaleh, ia bukan dari golongan Nabi. Tapi dengan amal shaleh dan keimanan yang ia miliki Allah menakdirkannya mempunyai keturunan cucu yang menjadi Nabi yaitu Isa as. Hingga namanya di sejajarkan di dalam Al-Qur’an dengan para Nabi.
“Sesungguhnya Allah Telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (Qs. Ali-Imran : 33).

            Dengan ini Al-Qur’an memberikan contoh kepada siapapun yang hendak mencari pasangan hidupnya, yaitu Imam yang shaleh mampu menjaga diri dan keluarganya dari Api Neraka untuk kemudian sebagai reward dari Allah maka akan diberikan keturunan yang shaleh. Artinya bahwa dengan amal shaleh seorang lelaki maka akan mampu membina keluarganya hingga menuju surga, dan contoh dari Imran sebagai orang biasa agar kita tidak lagi beralasan dengan mengatakan “tidak mungkin, kita bukan Nabi dan bukan sahabat Nabi” . bahwa siapapun berhak menjadi orang shaleh berdasarkan kriteria diatas.

            Sumber : Kajian Parenting Nabawiyah, Ustadz Budi Ashari L.c.






               


No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...