Thursday, December 17, 2015

Hakikat cinta


 
Oleh : Ma’zumi
Alumni PP. Al-Amien Madura dan mengajar di PPM. Manahijussadat

          Alkisah ada beberapa utusan dari kabilah ‘Udal dan Qarah datang kepada Rasulullah s.a.w. menyebutkan bahwa berita tentang Islam telah sampai kepada mereka. Karena itu mereka sangat membutuhkan orang-orang yang akan mengajarkan agama kepada mereka. Rasulullah s.a.w kemudian mengutus beberapa orang dari sahabatnya, antara lain Murtsid bin Abi Murtsid, Khalid Ibnu Bakir, Ashin bin Tsabit, Khhubaib bin Ady, zaid bin Datsinah dan Abdullah bin Thariq. Rasulullah s.a.w menunjuk Ashim bin Tsabit sebagai amir mereka.
            Berangkatlah mereka sehingga ketika sampai di daerah antara Usfan dan Makkah, disebutkan tentang suatu perkampungan dari suku Hudzail yang dikenal dengan nama bani Lihyan. Sekitar seratus orang pemanah dari suku ini kemudian mengikuti mereka sampai mereka turun di suatu rumah.
            Di rumah ini mereka melihat biji-bijian kurma yang dibuang disitu sehingga mereka berkata, “ini adalah  kurma Yatsrib”. Orang –orang dari suku Hudzail itu terus membuntuti dan mengejar mereka. Ketika Ashim dan para sahabatnya mengetahui hal ini, mereka lalu berlindung ke sebuah bukit kecil di padang pasir. Gerombolan itu terus mengejar dan mengepung mereka, kemudian berkata, “kami berjanji tidak akan membunuh seorang diantara kalian jika kalian turun kepada kami.
            Ashim berkata, “saya tidak akan menerima perlindungan orang kafir. Ya allah, sampaikan berita kami kepada Nabi-Mu”. Akhirnya gerombolan itu menyerang mereka sehingga berhasil membunuh Ashim bersama tujuh orang sahabatnya dengan anak panah. Tinggal Khubaib, zaid dan seorang lagi yang menerima tawaran tersebut.
            Akan tetapi setelah turun dari gerombolan itu, mereka ditangkap dan diikat. Orang yang bersama Ashim dan zaid itu berkata, “ini adalah pengkhianatan pertama.” Ia enggan mengikuti mereka lalu dibunuh oleh gerombolan itu.
            Mereka kemudian membawa khubaib dan Zaid sampai ahirnya mereka menjualnya di Mekkah. Khubaib dibeli oleh Bani Al-Harits. Khubaib adalah orang yang membunuh Al-Harits pada perang Badar. Khubaib kemudian tinggal di Bani Harits sebagai tawanan sampai mereka sepakat untuk membunuhnya. Pada hari itu, khubaib terlihat membawa pisau cukur yang dipinjamnya dari salah seorang anak wanita Al-Harits.
            Wanita itu berkata, “saya lupa kepada Anakku sehingga ia merangkak mendatangi Khubaib, kemudian Khubaib mendudukinya di atas pahanya. Ketika aku melihatnya, aku takut dan terkejut. Melihat aku ketakutan dan sambil membawa pisau, Khubaib pun bertanya :apakah kamu takut aku akan membunuhnya? Insya Allah, aku tidak akan melakukan perbuatan itu.” Karena itulah, wanita tersebut pernah berkomentar tentang khubaib, “Aku tidak pernah melihat tawanan yang lebih baik dari Khubaib. Aku pernah melihatnya makan buah anggur, sedang diikat dengan rantai besi. Anggur itu tidak lain hanyalah rezeki dari Allah S.W.T.”
            Bani Al-Harits kemudia menyeret Khubaib dari Al-Haram untuk dieksekusi. Sebelum dieksekusi, Khubaib berkata, “bolehkah aku melaksanakan shalat dua raka’at (terlebih dahulu)?”setelah melaksanakan shalat Khubaib datang kepada mereka seraya berkata, “kalau bukan karena khawatir kalian akan menyangka bahwa aku melakukan itu karena takut mati, niscaya aku akan menambah shalat.”  Dengan demikian dia merupakan orang yang pertama kali mensunnahkan shalat dua raka’at sebelum dibunuh. Selanjutnya khubaib Bersyair,
ولست أبالي حين أقتل مسلما على  أيَ شقَ كان فى الله مصرعى وذلك غى ذات الاإله وإن يسأ يبارك أو صا ل شلو ممزَع
Aku tidak peduli asalkan aku dibunuh dalam Islam, atas belahan manapun karena Allah Aku terbunuh. Jika itu sudah menjadi kehendak Allah, Dia akan memberkati bagian-bagian tubuh yang dipotong-potong.”
            Demikian adalah hakikat cinta yang seharusnya ada pada jiwa seorang muslim, tiada takut mengenal kematian karena kematian adalah sesuatu yang niscaya terjadi. Hakikat kehidupan seorang muslim bisa digambarkan dari ungkapan, “’Isy Kariyman aw mut syahiydan”, hidup mulia atau mati syahid. Tiada pilihan kecuali hidup dengan mulia membela agama dan mati syahid. “Takut mati adalah mati sebelum mati” (Hamka).
           

Sumber : Sirah Nabawiyah, Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buhty, 258-259 ;  Darul Fikr, Lebanon, (1397 H / 1977). Tahun terbit 27 April 1999

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...