Saturday, January 12, 2019

Tantangan Generasi Millenial



Oleh: Ma’zum Ibn Shabir, S.Pd
 
            Sebagaimana diketahui secara umum, masa muda merupakan fase usia yang hanya satu kali dilewati seumur hidup. Kesempatan ini, memaksa mereka untuk memilih antara “Mengisi usia dengan prestasi” atau “Membiarkan terbawa arus zaman” tanpa adanya dorongan untuk berkembang dan mandiri, menjadi pribadi yang berdikari.


            Dilansir dari Wikipedia, bahwa karakteristik Generasi Milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di sebagian besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik dan ekonomi.

            Hal ini memiliki dampak yang besar pada generasi ini yang mengakibatkan “Tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda.” Dan menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan krisis sosial-ekonomi jangka panjang yang merusak generasi ini. Lalu bagaimana mengawal generasi ini agar menjadi generasi produktif dan siap meneria tantangan di era globalisasi?

            Dari Abu Abbas Abdullah bin Abbas ra. Berkata, Suatu hari aku berada di Belakang Rasulullah Saw., (membonceng). Beliau bersabda, “Nak! Aku hendak mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah, pasti Dia menjagamu. Jagalah Allah, Dia senantiasa bersamamu. Jika kamu memohon sesuatu, mohonlah kepada-Nya. Jika meminta pertolongan, minta tolonglah kepada-Nya,

Ketahuilah, seandainya semua umat manusia bersatu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, mereka tidak akan mampu, kecuali yang sudah ditetapkan Allah untukmu. Dan senadainya semua umat manusia bersatu untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu, kecuali keburukan yang telah ditetapkan Allah untukmu, pena telah diangkat dan pena telah kering.” (HR.Tirmidzi. Dia berkata, hadits ini hasan shahih).


Riwayat lain menyebutkan, “Jagalah Allah, pasti kamu selalu bersama-Nya. Kenalilah Allah saat kamu lapang, pasti Dia mengenalimu saat kamu susah.  Kethauilah, apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah, kemenangan seiring dengan kesabaran, jalan keluar seiring dengan cobaan, dan kemudahan seiring dengan kesulitan.”

Dalam teks arab, Rasulullah memanggil Abdullah bin Abbas dengan kalimat, “Ya Ghulam”, Wahai Anak Kecil!” Dr. Musthofa Dieb al-Bugho Muhyidin Mistu menjelaskan kata Ghulam berarti anak kecil dari usia 2 tahun hingga umur 9 tahun. Sedangkan umur Ibnu Abbas ra. Saat itu sekitar sepuluh tahun. Sungguh merupakan sesuatu yang sangat berharga, anak se-usia tersebut diberikan nasihat yang agung oleh Rasulullah Saw. Tentang pendidikan dan keimanan, tentang keteguhan hati dalam menjalani problematika hidup.

Di era globalisasi ini kita dihadapkan dengan problematika hidup yang begitu kompleks. Dari berabagai jenjang usia secara universal. Terkadang pula kita bingung menghadapinya dengan cara apa? Setidaknya, sebagai generasi muda dapat mengambil hikmah dari apa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. kepada Abdullah bin Abbas ra. Karena awal percakapan tersebut dimulai untuk memotivasi generasi muda muslim.

Jagalah Allah, niscaya Allah Menjagamu.” Dr. Musthofa Dieb al-Bugho Muhyidin Mistu menjelaskan maksud kalimat tersebut agar berkomitmenlah terhadap perintah-perintah Allah Swt. jangan mendekati atau melanggar batasan-batasannya. Laksanakan apa yang diwajibkan dan jangan meremehkan sedikitpun, dan jauhilah apa yang dilarang. Setelah itu lihatlah bagaimana Allah Swt menjaga aqidahmu, menjaga dari gejolak nafsu dan kesesatan, melindungimu dari godaan setan baik dari bangsa Jin dan Manusia.

Realita problematika hidup tidak terlepas dari tantangan yang mengikat. Setiap zaman, selalu menyuguhkan tingkatan tantangan yang berbeda. Anak-anak muda yang tidak mempunyai ideologi  berpikir positif, cenderung lebih mudah terbawa oleh arus media yang mengekang; dunia terlalu sempit dalam genggaman tangan.

Terlalu banyak teman di media sosial, tetapi semakin sedikit kegiatan pro-sosial. ruang lingkup sempit sebatas pada dunia maya dalam genggaman. Akibatnya, pola pikir mereka lebih mudah teracuni oleh angan-angan kesuksesan tanpa berbuat dan bergerak. Lebih menakutkan lagi adalah tumbuhnya agamawan baru  yang terlalu berani menyaingi ulama dalam berijtihad.

Dampak negatif tersebut, tentu melahirkan ketakutan yang luar biasa dalam pikiran generasi millennial. Ketika mereka merasakan gagal, mereka tidak berani bertindak. Karena tindakannya hanya berani dalam angan-angan belaka. Rasa takut terhadap masa depan, cita-cita, pendidikan, karir, kebahagiaan dan harapan, sirna sudah dengan pola pikir dan perilaku yang mengekang sendiri.


Jika dipahami baik-baik. hadits yang dijelaskan di atas sudah cukup menjadi pedoman/solusi bagi generasi muda dalam menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berkarakter  dan siap bertarung menghadapi problematika hidup. Karena ia meyakini dengan keimanan, tidak ada yang ia takuti kecuali ketetapan yang telah dituliskan oleh Allah Swt untuknya.

Salah seorang pakar sejarah Islam, Ustaz Buadi Ashari L.c mengatakan, “Seorang muslim, asalkan menjalani syariat Islam dengan benar, maka ia akan menjadi pribadi yang mandiri.”  Maandiri dalam Islam bukan hanya berarti mandiri dalam perhitungan ekonomi, tetapi juga di dalamnya terkandung kemandirian bersikap dan berpikir. Dalam tradisi pondok modern, inilah yang biasa disebut sebagai istilah “Berpikir Bebas.” 

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...