Monday, April 23, 2018

Pemimpin Berkarakter


Oleh: Ma’zum Ibn Shabir, S.Pd
 
Kekuasaan menurut Ibnu Khaldun merupakan jabatan kedudukan yang alami bagi manusia. Seba, manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidupnya dan melanggengkan eksistensinya, kecuali dalam sistem kemasyarakatan dan saling membantu di antara mereka dalam upaya memperoleh kebutuhan-kebutuhan pokok (Mukaddimah:328).

Dalam tradisi pondok modern, mewajibkan para santrinya untuk melalui fase pendidikan karakter melalui media organisasi santri. Khususnya bagi santri senior, diberikan amanah untuk menjadi pemimpin. Hal ini yang sangat berbeda dengan karakter pendidikan yang tidak diperoleh dari sekolah umum.

Kemajuan pondok pesantren adalah buah dari pemikiran atau ide-ide pimpinan pondok, guru-guru, pengurus, serta pihak-pihak eksternal yang terkait. Lihatlah bangunan-bangunan atau program yang selalu berkembang, demikian adalah gambaran dari ide-ide pengurus tersebut dalam standar lembaga pendidikan. Selanjutnya, hal tersebut menjadi sebuah bekal bagi para santri dalam keikutsertaan membangun sebuah bangsa. 

Mereka (santri) dituntut untuk berimajinasi menata sebuah negara, membuat peraturan perundang-undangan, memberikan sanksi dan bersikap bijak sebagai pemimpin. Tentunya dalam koridor kepemimpinan yang memiliki teladan. Kesempatan emas inilah yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh santri untuk menjadi sosok pemimpin idola mereka.

Dalam hal ini Umar bin Khattab pernah berwasiat, “Belajarlah sebelum kalian menjadi pemimpin.” Ima al-Bukhari mengomentari atsar ini, “Juga setelah kalian menjadi pemimpin, sebab, para sahabat tetap belajar meskipun sudah berusia lanjut.” Ibnu Hajar juga memberikan komentar, bahwa Abu Bakar mengatakan demikian khawatir dipahami bahwa kepemimpinan itu menghalangi seseorang untuk terus belajar. (Ensiklopedi Sahabat:187).

Menjadi pemimpin, harus bersiap diri menjadi jiwa pembelajar. Belajar dari kepemimpinan orang-orang yang benar. Jujur, adil, sederhana, mencintai rakyatnya, dan rakyat pun akan mencintainya. Lihatlah Abu Bakar ash-Shiddiq, pemimpin yang rakyat pun segan terhadapnya. Umar pun pernah mengatakan, “Lebih baik aku didahului lalu leherku ditebas oleh seseorang daripada diharuskan memimpin suatu kaum yang di antara mereka terdapat Abu Bakar.”

Abu Bakar terkenal dengan sifat lemah lembut. Akan tetapi mempunyai ketegasan yang tajam. Tatkala menjadi khalifah, ia dengan tegas memberangkatkan pasukan perang muslimin yang dipimpin oleh seorang Usamah bin Zaid (berumur 18 tahun) untuk berperag melawan romawi. Tidak sedikit sahabt memprotes keputusan tersebut. Akan tetapi, karena ini adalah amanah Rasulullah Saw sebelum wafat, Abu Bakar tetap berkomitmen.

Akhirnya denga izin Allah Swt. pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid memperoleh kemenangan. Padahal, jika dilihat dari sisi sosial-politik di Madinah yang masih kacau-balau tersebut, keputusan tersebut sangatlah berisiko besar bagi keamanan masyarakat di Madinah.

Ali bin Abi Thalib memberika komentar terhadap kepemimpinan Abu Bakar, “Engkau telah membuat orang setelahmu lelah, selelah-lelahnya.” Ungkapan ini menurut Ahli Sejarah, Ustadz Budi Ashari, Lc bermakna bahwa kepemimpinan Abu Bakar sangatlah susah untuk ditiru khalifah setelahnya sehingga membuatnya lelah. Demikian dalam berorganisasi, generasi pemimpin setelahnya mempunyai beban berat, yakni mewujudkan kepemimpinan yang lebih baik dari sebelumnya. 

Berbeda dengan Abu Bakar, Umar bin Khattab mempunyai karater yang khas. Dengan ketajaman ilmu yang dimiliki. Umar adalah sosok pemimpin yang memiliki perpaduan antara ilmu dan amal, dibarengi dengan ketegasan dalam mengambil sebuah keputusan hukum. Tatkala akan diangkat menjadi seorang khalifah, Abdurrahman berkomentar atas perintah Abu Bakar, “Demi Allah, dia orang paling utama yang pernah kulihat, hanya saja sifatnya keras.”

Abu Bakar menanggapi, “Yang demikian itu karena dia melihatku terlalu lembut. Apabila urusan kekhalifahan ini diserahkan kepadanya, niscaya sifat keras itu akan luluh.” Dan benar saja, tatkla menjadi Khalifah ia berpidato di hadapan rakyatnya.

“Ketahuilah bahwa sifat keras itu telah melemah; memang masih ada, tetapi ia hanya ditujukan kepada orang-orag zalim dan orang-orang yang menyakiti kaum muslimin. Adapun mereka yang taat beragama dan bersahaja dalam kehidupan ini, sungguh aku lebih bersikap lemah lembut terhadap mereka daripada kelembutan yang terjalin di antara kalian.”

Dalam  berorganisasi, tidak semua anggota bagian dituntut untuk menjadi keras. Harus ada salah satu yang bersikap lembut. Hal ini menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Seperti dua karakter khusus yang dimiliki oleh Abu Bakar dan Umar. Selanjutnya, banyak karakter pemimpin dalam Islam yang patut ditiru dan dipelajari kehidupannya. Karena pemimpin yang baik pasti dicintai oleh rakyatnya. 


خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalia membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Kemudian ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah menentang mereka dengan pedang? Rasulullah Saw bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya dan janganlah melepas ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim no.1855).
















No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...