Thursday, April 12, 2018

Fiqih Ijtihad

Oleh: Ma'zum Ibn Shabir


Sebut saja Unas dan Emon. Dua santri ini terkenal cerdas dan cerdik. Unas selalu berperan lugu dan konyol, sedangkan Emon dikenal sebagai santri yang cerdas, terkenal dengan ketajaman analisis dan argumen.

Sepulang dari pengajian bersama Ust Favorit, mereka merasa senang mendapatkan ilmu baru. Tentang metode ijtihad  dalam pengambilan hukum Islam. Kang Ustaz mengajarkan bahwa, "Barang siapa berijtihad, jika benar baginya dua pahala. Jika salah maka baginya satu pahala." Yakni pahala ijtihad.

Karena ingin mengamalkan ilmu tersebut. Esoknya, Unas berijtihad dengan merubah lafazh iftitah dalam shalat.

"Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Gadget semata. Gadget adalah nyawa hidupku."

Emon sedari tadi memperhatikan lafazh iftitah yang dibaca Unas tatkala Shalat Sunnah, dari jauh terdengar ada lafazh yang berbeda. Emon hanya terdiam melihat fenomena baru yang dilakukan temannya.

Usai shalat dua raka'at, Unas mengambil pengeras suara yang berada di samping Mihrab.  Ia langsung mengumandangkan azan   pertanda shalat zhuhur. Terdengar suaranya merdu mengumandangkan azan. Akan tetapi, Emon langsung terhentak kaget tatkala mendengar lafazh tambahan.

"Ashsholatu khoyrun Minan Naum/shalat lebih baik daripada tidur." (2X).


Seketika Emon langsung bangkit dari duduknya. Menghampiri Unas yang sedang menikmati lantunan azan yang ia kumandangkan.

*PLAAKKKK.......*
"Apa maksudmu menambah lafazh azan, yang seharusnya lafazh tersebut ada pada azan shubuh?" Tanya Emon dengan nada marah. Ia melanjutkan pertanyaan, "Kenapa juga kamu berani merubah lafazh iftitah dalam shalat."


Unas menjawab, "Mon, saya hanya mengamalkan apa kata pak Ustaz untuk berijtihad. Kenyataannya, manusia zaman ini lebih aktif menyambung komunikasi dengan Gadget/media sosial daripada komunikasi dengan Allah Swt. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat, jika tidak ada Gadget seakan-akan mereka mati. Seperti nyawa hidup.

Adapun mengenali lafazh azan, kenapa aku harus merubahnya. Kebanyakan manusia hidup, tapi sesungguhnya  pendengaran mereka tertutup, hatinya tertidur sehingga tidak lagi mampu mendengar panggilan Allah dan RasulNya. Meskipun hanya sekedar ibadah shalat."


Emon memahami apa yang dikatakan temannya, Unas. Iangsung ia memberikan solusi agar keluar dari Masjid untuk menghindari amukan warga sebab azan yang salah.

"Baik, sekarang lebih baik kita pergi dari sini. Kita konsultasikan kepada Kang Ustaz." Mereka pun pergi dengan tujuan mencari solusi.



*ini hanyalah kisah fiktif yang berisi kritik terhadap kehidupan sosial.

EmoFiqh Ijtihad

Sebut saja Unas dan Emon. Dua santri ini terkenal cerdas dan cerdik. Unas selalu berperan lugu dan konyol, sedangkan Emon dikenal sebagai santri yang cerdas, terkenal dengan ketajaman analisis dan argumen.

Sepulang dari pengajian bersama Ust Favorit, mereka merasa senang mendapatkan ilmu baru. Tentang metode ijtihad  dalam pengambilan hukum Islam. Kang Ustaz mengajarkan bahwa, "Barang siapa berijtihad, jika benar baginya dua pahala. Jika salah maka baginya satu pahala." Yakni pahala ijtihad.

Karena ingin mengamalkan ilmu tersebut. Esoknya, Unas berijtihad dengan merubah lafazh shalat iftitah dalam shalat.

"Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Gadget semata. Gadget adalah nyawa hidupku."

Emon sedari tadi memperhatikan lafazh iftitah yang dibaca Unas tatkala Shalat Sunnah, dari jauh terdengar ada lafazh yang berbeda. Emon hanya terdiam melihat fenomena baru yang dilakukan temannya.

Usai shalat dua raka'at, Unas mengambil pengeras suara yang berada di samping Mihrab.  Ia langsung mengumandangkan azan   pertanda shalat zhuhur. Terdengar suaranya merdu mengumandangkan azan. Akan tetapi, Emon langsung terhentak kaget tatkala mendengar lafazh tambahan.

"Ashsholatu khoyrun Minan Naum/shalat lebih baik daripada tidur." (2X).


Seketika Emon langsung bangkit dari duduknya. Menghampiri Unas yang sedang menikmati lantunan azan yang ia kumandangkan.

*PLAAKKKK.......*
"Apa maksudmu menambah lafazh azan, yang seharusnya lafazh tersebut ada pada azan shubuh?" Tanya Emon dengan nada marah. Ia melanjutkan pertanyaan, "Kenapa juga kamu berani merubah lafazh iftitah dalam shalat."


Unas menjawab, "Mon, saya hanya mengamalkan apa kata pak Ustaz untuk berijtihad. Kenyataannya, manusia zaman ini lebih aktif menyambung komunikasi dengan Gadget/media sosial daripada komunikasi dengan Allah Swt. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat, jika tidak ada Gadget seakan-akan mereka mati. Seperti nyawa hidup.

Adapun mengenali lafazh azan, kenapa aku harus merubahnya. Kebanyakan manusia hidup, tapi sesungguhnya  pendengaran mereka tertutup, hatinya tertidur dan sehingga tidak lagi mampu mendengar panggilan Allah dan RasulNya. Meskipun hanya sekedar ibadah shalat."


Emon memahami apa yang dikatakan temannya, Unas. Iangsung ia memberikan solusi agar keluar dari Masjid untuk menghindari amukan warga sebab azan yang salah.

"Baik, sekarang lebih baik kita pergi dari sini. Kita konsultasikan kepada Kang Ustaz."

*Ini hanyalah kisah fiktif tentang kritik sosial.

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...