Thursday, November 10, 2016

KH SAMSON RAHMAN "BERPIKIR GLOBAL"

Wawancara 1 Muharram Bersama KH Samson Rahman MA

                   Bagaimana Aktualisasi hijrah dalam kehidupan sehari-hari?

          pertama adalah setiap orang harus diambil fundamentalnya dulu terhadap maka hijrah secara definitf. Sehingga kemudian kita bisa melangkah dengan sesuatu yang fundamen tersebut. Artinya bahwa, tatkala seseorang mengerti benar hijrah itu dari sisi hakiki maka dia akan bisa merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari.

            Misalnya begini, Rasulullah SAW Tatkala tertolak secara sosial di Mekkah maka beliau mencari lahan baru untuk hidup dan matinya dakwah di masyarakat. Artinya, tatkala kita hidup di sebuah tempat yang kira-kira potensi kita bisa terbunuh dan terkubur. Maka kita sebagai mahluk sosial harus mengambil alternatif baru (sosial base) agar kita bisa berkembang di tempat itu.

            Jadi jangan sampai kita menjadi mahluk stagnan yang tidak bergerak. Karena dalam gerakan itu mengandung Barokah, Al-Harakatul Barakah, wal -Barakah min sababi Al- Harakah. Ketika kita mentok dalam posisi sosial tertentu maka dengan cepat kita harus mengambil alternatif baru agar tidak ada kementokan perjalan historis dan sosial kita. Untuk itu kita membutuhkan link, koneks, relasi dan pemahaman kita tentang medan situasi sosial tertentu yang sangat dipentingkan untuk kita aplikasikan.



          Mungkinkah Momentum Hijrah ini bisa kita kaitkan dengan  kebangkitan Islam?

            Minimal adalah semangatnya, bahwa kita seharusnya menjadi pewaris sah dari munculnya khilafaur-rasyidah. Pada puncak fase perjalanan sejarah yang diramalkan oleh Rasulullah SAW. Walaupun kita ternyata tidak menikmati itu, minimal kita pernah menanam bibit-bibitnya. Jadi jangan sampai kita memetik sesuatu yang belum waktunya, hanya kita telah berhasil untuk bibit-bibit itu.

            Semangat untuk melahirkan Khilafah ‘Ala Minhaj An-Nubuwwah itu perlu kita terus dengungkan, menanam bibit-bibitnya, sehingga kemudian yang terjadi adalah anak-anak kita telah siap menghadapi kenyataan yang mungkin muncul pada saat mereka ada. Jangan sampai kita meragukan kehadirannya.

Kita tidak tahu kapan akan terjadi, Walaupun ramalan dari berbagai ahli telah menyebutkan akan kehadirannya. Yang terpenting adalah semangat kita sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits, “andai kata ada seorang muslim yang di tangannya ada satu bibit tanaman dan ia tahu bahwa hari itu akan terjadi kiamat. Maka wajib bagi dia, selagi dia bisa untuk menanamnya”. (AL-Hadits). Artinya kita harus berpikir visioner bahwa apa yang kita tanam tidak harus kita petik sendiri hasilnya.
         

Bagaimana menyikapi fenomena sekarang yang mengatakan lebih baik memilih pemimpin kafir yang adil daripada memilih pemimpin muslim yang tidak adil?

          Saya kita itu adalah terminologi yang salah. Bahkan ada seorang pimpinan ormas yang mengatajan seperti itu. Pertama, pemimpin yang kafir kata dia itu lebih baik daripada pemimpin muslim tapi tidak adil. kenapa kalau dibalik termanya dengan mengatakan “pemimpin muslim yang adil lebih baik dari pemimpin kafir yang adil”.

            Bukankah di umat ini masih banyak yang memiliki  rasa keadilan itu? Ini sebenarnya adalah penggiringan opini yang menyesatkan. Kenapa kita tidak membuat terma-terma yang menyejukkan daripada dengan terma yang kontroversial. Kalau bisa curiga, jangan-jangan mereka sudah disunting dengan dana-dana tertentu.

            Kita harus waspada menghadapi politik kotor yang ada di tengah-tengah kita. Sebagaimana ada seorang kristen yang masuk ke tengah-tengah pesantren. Kemudian disambut oleh para santri dengan rebbana dan sebaginya hingga santri cium tangan. Saya kira ini adalah kejahatan yang sengaja dilakukan agar ada penumpulan kepekaan politik dalam islam. padahal imam politik adalah tidak lebih rendah daripada imam shalat.

 Lantas sosok pemimpin islam bagaimanakan yang ideal?

          Pertama dia harus memiliki karakter sebagai seorang muslim yang taat kepada Allah SWT. kedua, dia harus memiliki rasa keadilan itu. Ketiga, memiliki visi yang benar untuk membangun umat dan bangsa ini. keempat, dia bisa bukan hanya mengayomi umat islam tetapi ia juga bisa mengayomi umat lain. karena memang Islam ini hadir bukan hanya untuk kaum muslimin, tapi ia hadir untuk semua bangsa-bangsa.

            Dia juga harus memiliki integritas yang luar biasa, memiliki visi besar bahwa dia hidup di sebuah masyarakat heterogen, plural dan bukan homogen. Karena itu dia harus menjadi rahmat bagi semesta itu. hingga dia bisa menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang baik dan sejahtera. Sebagai bangsa yang disebut sebagai Baldatun Thayyibah WA Rabbun Ghafur.

          Mengapa media saat ini memberikan berita negatif terhadap islam? apa langkah kita untuk menghapus stigma negatif tersebut?

            Pertama, karena memang ada kelompok islam yang mengeruhkan suasana. Kedua, karena memang ada media-media yang menjadi corong bagi orang-orang yang ingin mendiskriditkan  umat islam. ketiga, mereka banyak jualan. Jualan pada bangsa asing, yang kadangkala mereka dianggap bagus tatkala menyuarakan kenegatifan umat islam.

            Padahal ia adalah sebagian kecil dari umat islam tersebut. hanya orang-orang tertentu yang menyuarakan Islam radikal atau mereka sebut dengan islam garis keras, militan islam dan seterusnya. Hal ini berdampak pada mengeruhkan suasana islam damai tersebut. artinya, media berkepentingan untuk mengekspos islam yang buruk. Sedangkan berita-berita yang ramah dan positif disembunyikan.
           
          Di Pesantren Modern erat kaitannya dengan prinsip berpikir bebas. Tidakkah prinsip ini berbahaya, karena ini menjadi celah bagi alumni pesantren yang menganggap dirinya liberal dengan beralasan seperti itu?

            Berpikir bebas di sini adalah dia bisa menangkap kebenaran dari berbagai sisinya. Berpikir bebas dengan keterbatasan tertentu. Makanya Gontor sangat membatasi liberalisasi  sehingga ada PKU atau pengkaderan Ulama. Karena Gontor pernah kebobolan dengan liberalisasi pemikiran.

            Pemikiran liberal sebenarnya sangat mengganggu pondok, mengganggu keharmonisan. Karena mereka kadang-kala mengebiri kebenaran teks yang ada dalam Alquran, kebenaran teks yang ada dalam Hadits. Saya lihat anak-anak Pesantren sekarang mendukung LGBT. Karena mungkin mereka salah memaknai apa yang disebut sebagai berpikir bebas.

            Berpikir bebas adalah kita bisa menangkap berbagai hal positif yang bisa kita tangkap. Berpikir bebas dengan makna liberalisasi itu tidak pernah diajarkan di Pesantren. Kita disebut sebagai freethinkers bukan leberalitinkers.orang berpikir bebas itu bukan menyedot semua yang jahat dan yang bagus menjadi satu.


          

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...