Thursday, November 10, 2016

Bangkitkan Budaya Membaca dan Menulis!


Oleh: Ma'zumi
terbit di koran republika pada kolom pembaca menulis

            Sejarah begitu menginspirasi bagi kehidupan kita. Ia selalu hadir memberikan solusi di balik keruhnya permasalahan hidup. Baik dari ranah sosial, intelektual, budaya, agama serta kebangkitan peradaban suatu bangsa. Teringat dalam benak kita, sejarah perjuangan dakwah Islam yang selalu terhalang oleh kafir Quraisy dan tipu daya yahudi.

            Bukan perang yang dikehendaki Allah kepada umat mukmin pada saat itu, akan tetapi Allah menghadirkan solusi itu dengan menurunkan 5 ayat pertama dalam Surat Al-‘Alaq yang berisi tentang perintah membaca. Sekilas jika kita perhatikan memang tidak ada kaitan antara masalah dan solusi tersebut. Akan tetapi kebenaran wahyu menjadi selalu bersifat solutif.

            Asbabun Nuzul dari ke-lima ayat tersebut adalah ketika Rasulullah Saw bermunajat di Gua Hira’. Lalu datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu, “Bacalah....! Bacalah....! Bacalah...!” akan tetapi jawaban yang selalu keluar dari beliau adalah “Ma Ana Biqari”, saya tidak bisa membaca. Ada redaksi yang menarik dari Asbabun Nuzul tersebut, dimana Rasulullah SAW disuruh membaca, akan tetapi belum jelas objek mana yang harus dibaca.

            Sehingga lahirlah analisa yang mengatakan bahwa objek dari membaca adalah luas, dalam artian bukan hanya sekedar membaca sesuatu di atas teks. Lebih luasnya lagi membaca kehidupan sekitar, alam semesta, membaca situasi, membaca pikiran, dan membaca segala hal permasalahan dalam umat.

            Faktanya berdasarkan hasil penelitian Organisasi Pendidikan Sosial dan Kebudayaan Dunia (UNESCO/ the United Nations Of Education Social and Culture Organizations), masyarakat Indonesia yang hobi atau suka membaca berjumlah 0,001, atau satu berbanding seribu. Artinya, setiap  seribu penduduk hanya satu jiwa yang suka membaca.

            Sangat ironis memang, akan tetapi demikianlah relitanya. Ketika mengikuti seminar Habiburrahman El-Shirazy L.c di salah satu Pondok Pesantren Banten, penulis teringat akan kata-kata beliau yang menceritakan bahwa di saat berada di Amerika ia terkejut dengan perpustakaan yang selalu buka 24 jam. Karena penasaran dengan hal itu, maka beliau bergegas ke perpustakaan tersebut pada jam 2 malam waktu setempat.

            Ternyata itu bukan hanya sekedar wacana atau slogan, para pelajar di Amerika rajin membaca buku meskipun pada malam hari. “ternyata Amerika sangat berbeda dari apa yang kita lihat dari layar kaca, karena yang ditampilkan di layar kaca hanyalah sisi negatif dari Amerika”. Sangat menarik melihat fenomena seperti itu, terlebih itu terjadi pada negeri kafir yang tidak memiliki panduan wahyu.

            Sedangkan kita umat Islam yang benar-benar diperintahkan untuk membaca, realitanya bisa kita lihat saat ini, sangat memprihatinkan. Perlu adanya gerakan literasi yang membangkitkan kesadaran membaca sebagai sebuah kemajuan dari menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia, “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
            Membangun kesadaran membaca bukan sekedar dengan slogan atau spanduk yang di pajang di sepanjang jalan raya atau di lembaga-lembaga pendidikan. Kesadaran yang dihadirkan adalah dengan membuat kelompok membaca, kajian literasi atau kajian-kajian lain yang mendukung gerakan membaca nasional.
            Membaca menjadi sebuah kewajiban dan juga sebagai kebutuhan akan hausnya ilmu pengetahuan. Bukan hanya tingkat akademisi, kesadaran seperti ini harus menyentuh seluruh elemen masyarakat. Musibah besar adalah ketika kalangan akademisi (siswa, Mahasiswa, Dosen atau guru) sangat asing terhadap budaya membaca.
            Membaca sekedar membaca, perlu kajian khusus untuk menggali hobi baca sehinngga benar-benar menjadi budaya di negeri ini. Akan tetapi membaca bukan menjadi sebuah titik final untuk membangkitkan peradaban umat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perlu adanya kontinuitas dari proses tersebut yaitu dengan menulis.

            Sudah menjadi ciri khas dari sebuah peradaban, terlebih Islam yang pernah mengajarkannya pada masa-masa kejayaan. Dimulai dari pembukuan Alquran atau kodifikasi hadits yang hal ini berkelanjutan menjadi budaya membaca dan menulis. Membaca sebagai sebuah proses menyerap ilmu dari objek ilmu yang luas, sedangkan menulis sebagai proses mentransfer  ilmu sehingga lahirlah ilmu-ilmu baru.

            Tradisi ini melahirkan Ulama-ulama yang berkompeten dalam bidang ilmu agama, intelektual, sains, serta berbagai disiplin ilmu lainnya. Seperti Imam Al-Ghazali, Imam Ibnul Jauzi, Imam As-Syafi’i, Imam An-Nawawi, Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Imam Ibnu Hajar Al-Atsqalani dan lain-lainnya.

            Semua karya-karya tersebut dapat kita nikmati hingga kini, mencerahkan serta sebagai solusi hidup dalam menjawab permasalahan dengan konteks kekinian. Sebab manfaatnya adalah tentu dari budaya menulis sebagai gerakan yang membangun kebangkitan sebuah peradaban.

            Hari ini kita dihadapkan pada permasalahan yang amat sangat serius. Masyarakat yang buta huruf baik secara maknawi dan hakiki. Secara maknawinya adalah mereka yang memang benar-benar buta huruf, dan solusi kita saat ini adalah mengajarkannya. Secara hakiki adalah kalangan akademisi yang tidak mempunyai kesadaran atau loyalitas terhadap kedua kegiatan ini.

            A Fuadi seorang penulis Novel Negeri 5 Menara mengatakan ketika diwawancarai oleh tim redaksi Majalah Sabrina (Majalah Pondok Modern Manahijussadat) Rabu, 10 oktober 2016, “saya harap, orang muslim atau santri itu tidak hanya fokus pada Iqra’ tapi juga harus Uktub, kadang-kadang itu tidak balance (tidak imbang). Iqra’ memang bagus, tapi  Kadang-kadang kita lupa Uktubnya”.


            Wacana bukan sekedar retorika di atas panggung atau himbauan di atas kertas. Hendaklah kita memulai dari kegiatan-kegiatan yang bersifat formal, lembaga-lembaga pendidikan sekolah atau kampus menjadi modal besar dari semua itu. Jangan biarkan lembaga pendidikan kita miskin literatur sehingga meninggalkan dari budaya membaca dan menulis.

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...