Saturday, August 20, 2016

MENULIS MY ADVENTURE




            Selasa (31/05) sekitar pukul 06 : 30 suasana langit Manahijussadat dipenuhi awan hitam pertanda akan turunnya hujan lebat. Di tengah suasana Ujian Lisan Ahir semester, terlihat beberapa santri berlalu lalang menjalankan aktivitas mengaji dan sebagian lain mempersiapkan ujian lisan sangat serius dengan beberapa buku di genggaman mereka dan Alqur’an yang selalu dibaca.

Beginilah suasana yang dirindukan oleh para Guru Manahijussadat dan pendidik pada umumnya. Karena ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian. Bahwa ujian yang sesungguhnya adalah ketika seorang santri mampu mengamalkannya dalam ranah kehidupan sosial yang bersifat universal.

            Dan kehawatiran itu terjadi, ketika hujan lebat mengguyur bumi manahijussadat. Di bawah naungan Kubah (Atta’awun) penulis mempersiapkan segala hal perbekalan untuk mengikuti “Pelatihan menulis” di Pondok Pesantren Modern Darul Istiqomah, Bondowoso Sebagai perwakilan dari tim redaksi Majalah Sabrina. Hingga hujan sedikit reda memberanikanku berangkat menuju stasiun hingga tepat sampai disana jam 08 : 00.

            Banyak yang harus saya katakan kepada dunia, tentang isi hati yang selalu terpendam dan tiada seorangpun yang mau mendengarnya. Bisikan dan renungan yang selalu berkomunikasi dalam hati, seakan-akan dalam tubuh ini terdapat dua pribadi yang selalu berteman dan tidak dapat dipisahkan sebagai teman abadi. Mereka selalu berdiskusi dalam raga ini tentang ungkapan hati yang hendak mengatakan kepada dunia, namun hingga diskusi usai salah-satu dari mereka mengatakan bahwa cara terbaik untuk berkata kepada dunia adalah dengan menulis.

            Yaaaa..... menulis adalah cara terbaik dan terampuh untuk mengungkapkan seluruh isi hati kepada dunia yang dalam keramaiannya terkadang membisu. Dunia sejatinya membisu dan tidak dapat mendengar keramaian dari suara-suara kaum kerdil yang merintih dibawah naungan politik yang licik. Panggung mereka lebih luas daripada singgasana Istana Raja, karena mereka mampu berkamuflase ke berbagai tempat dengan alasan tugas Negara.

            Setidaknya itu adalah bagian kecil dari alasan seorang penulis menggoreskan tintanya untuk merubah dunia yang membisu, karena penulis meyakini dunia hanya akan mendengar suara-suara hati yang terungkap dalam tulisan, dan tulisan inilah yang akan abadi dan penulis tersebut  seakan-akan selalu hadir sepanjang masa karyanya tetap dibaca lintas zaman. Lihatlah karya-karya Imam Al-Bukhari, Imam Syafi’i, Imam Nawawi, Buya Hamka, mereka masih terdengar di telinga kita hari ini, memberikan solusi dan pandangan hidup melalui tulisan.

            Tepat pada hari Rabu, 01 juni 2016 sekitar pukul 13 : 00 penulis sampai di tempat pelatihan; Pondok Pesantren Modern Darul Istiqomah, Bondowoso. Penulis yang ditemani oleh Mahasiswa Sudan yang sedang berlibur, Faruq Abdul Hakim yang juga anak dari Pimpinan Darul Istiqomah, Serang. Perjalanan yang cukup melalahkan, memakan waktu sekitar 12 jam dengan transportasi kereta dan bus. Letak geografis pondok yang berada di kawasan pegunungan, suasana yang asri membuat semua penduduk Pesantren dan masyarakat terlihat begitu damai dan tentram.

            “Pelatihan menulis ini tidak lain adalah untuk melahirkan para penulis dari kalangan umat Islam, agar umat Islam mampu menguasai media dengan menulis”, ungkap KH. Masruri Abdul Muchit L.c, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqomah ketika mengawali pembukaaan acara pelatihan menulis pada pukul 20 : 00 – 21 : 00 WIB.

            Pelatihan menulis oleh M. Husnaini yang telah menerbitkan sekitar 7 buku karyanya dan menulis sekitar 500 artikel yang telah dimuat di media.  Ada banyak materi yang disampaikan oleh beliau dalam pelatihan menulis diantaranya adalah latihan menulis dari nol, membangun kebiasaan menulis rutin, menyerap bacaan mengemas tulisan, menyunting naskah dan menerbitkan buku.

            “Isy Kaatiban, aw mut Maktuwban!”, hiduplah sebagai penulis atau mati dalam keadaan ditulis. Semboyan yang digaungkan oleh M Husnaini di hadapan para peserta pelatihan menulis adalah santri dari berbagai daerah. Diantaranya, dari Banten, Sumbawa, Lumajang, Jember, Bondowoso dan lainnya.

            Mereka sangat antusias mengikuti pelatihan menulis yang diadakan di Pon Pes Darul Istiqomah, Bondowoso di bawah asuhan KH. Masruri Abd Muchit L.c. Pelatian menulis tersebut selama empat hari, dibuka mulai rabu 1 juni 2016 pukul 20 : 00 – 21 : 00 dilanjutkan esoknya selama dua hari, kamis dan jumat (2-3/06/2016) dari pukul 08.00 s/d 22.00 WIB.

            Dalam bimbingan M Husnaini sebagai penulis buku-buku hikmah itu, peserta dilatih untuk bisa menulis melalui tiga tahap. Pertama, menulis masalah yang sederhana atau mudah. Kedua, menuangkan seluruh isi hati dan pikiran. Ketiga, membaca ulang apa yang telah ditulis, lalu diedit.

            Menulis secara sederhana adalah menulis sesuatu yang sesuai dengan kemampuan seseorang tersebut. hal ini berkaitan dengan latar belakang dan profesi penulis. Misalnya, seseorang yang berprofesi sebagai pendidik, maka ia sangat mungkin bisa menulis tentang pendidikan. yang kedua, menuangkan seluruh isi hati dan pikiran. Tipe seperti ini adalah untuk penulis yang ingin menyampaikan apa yang menjadi pikiran dan isi hatinya hingga berbentuk karya tulis.

            Yang terahir, membaca ulang apa yang telah ditulis lalu diedit. Perlu diketahi, ketika seseorang ingin menulis suatu karya tulis, apapun itu. Maka hendaknya ia menuliskan semua apa yang terlintas dalam pikirannya tanpa ada keinginan untuk mengedit tulisan. Karena tugas penulis adalah “menulis” bukan “editor”. Adapun untuk mengedit adalah bisa dilakukan di  ahir setelah semua opini tertulis atau setelah 1 1/5 halaman. Kebanyakan penulis gagal adalah karena berusaha mengedit sebelum tulisan itu selesai.

            Setelah para peserta mampu menuangkan ide-ide pikirannya dalam bentuk tulisan, selanjutnya peserta dilatih untuk membangun komitmen agar istiqomah bisa menulis secara rutin. Sekaligus diajarkan tips menerbitkan tulisan di media, menyunting kumpulan tulisan agar menjadi buku lalu menerbitkannya.

            Di hari keempat, sabtu 04 Juni 2016. Peserta dibekali motivasi menulis oleh Moch Khoiri, penulis buku “Rahasia Top Menulis”. Pelatihan menulis ditutup secara resmi bersamaan dengan agenda khataman serta pelepasan alumni XIX (TMI) XVII (TMAL) Pon Pes Darul Istiqomah Bondowoso.

 Hasil pelatihan menulis peserta diberikan waktu 1 bulan untuk mengirimkan minimal dua artikel dan maksimal tiga artikel dengan tema pesantren. Karya Antologi ini menjadi semangat awal bagi para peserta agar ke depan bisa menelurkan karya tulis, khususnya menerbitkannya dalam bentuk buku. Pelatihan menulis ini akan terus berlanjut dengan membuat Grup Whats App yang diberi nama “Santri Menulis” sebagai latihan yang berkelanjutan demi mewujudkan semangat menulis sebuah karya.


No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...