Manusia sejatinya hidup berada pada tiga fase yang akan
dilaluinya. Fase pertama adalah kelemahan, dimana pada saat itu ia terlahir ke
dunia dengan fisik yang sangat lemah tak berdaya hingga masa kanak-kanak
menjelang usia remaja. Kedua adalah kekuatan, dimana pada saat itu manusia yang
masuk usia remaja hingga usia muda (dewasa) memiliki kekuatan fisik dan
pertimbangan akal berpikir yang matang. Ketiga adalah, fase kelemahan dimana
manusia kembali pada fase pertama yakni kembalinya melemah fisik di usia tua.
hal
ini mengacu pada teologi surat Ar-Rum ayat 54
Allah berfirman : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu
dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah
itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang
Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Ustad
Budi Ashari L.c mengatakan bahwa anak muda adalah hidup dalam satu kekuatan yang
berada dalam dua kelemahan, kekuatan itu adalah usia di waktu tua. Dan
begitupun dalam Tafsir Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang mendukung pergerakan
dakwah Nabi Muhammad s.a.w adalah anak-anak muda. Adapun yang tua dari kalangan
Quraiys adalah kebanyakan mati kafir.
Lihatlah
cerminan Sejarah Pendidikan Islam yang mampu melahirkan generasi-generasi Hebat
pada usia yang sangat muda. Faktanya, dari 10 sahabat Nabi yang dijamin masuk
surga adalah tidak ada yang lebih tua dari Rasul s.a.w. yaitu Abu Bakar
Ash-shiddiq 37 tahun, Utsman bin Affan 32 tahun dan Abdurrahman bin Auf 30
tahun, selebihnya adalah 7 sahabat yang umurnya dibawah 30 dan 20 tahun,
seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib,Thalhah, zubair bin ‘Awwam, Sa’ad
bin Abi Waqqash, Sa’id bin Za’id, dan Abu Ubaidllah ibnul Jarrah.
Ironisnya pemuda
masa kini telah kehilangan jati diri, kemana arah ia melangkah, kemana hendak
cita-cita ditemui, bagaimana mengolah pola pikir, yang kebanyakan kaum muda
lebih erat dengan kesenangan yang sesat dan sesaat. Pacaran menjadi pola hidup,
Fashion menjadi gaya hidup, sedangkan Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup
belumlah terbukti dengan realita yang ada.
Terkadang pemuda sering mengatakan dengan lantang bahwa
kitab suci umat islam adalah Al-Qur’an, namun dalam realita ia menjadikan
Gadget sebagai kitab sucinya. Ada pula yang mengatakan cinta rasul, namun yang
diberi shalawat adalah sang pacar. Jika berkata Tuhan kita adalah Allah, maka
kenapa panggilan adzan diabaikan, hingga yang mengisi barisan shaf terdepan
dalam shalat adalah para orang tua.
Dimanakah anak muda yang benar-benar berani menjadikan
kitab sucinya adalah Al-Qur’an, bukan Hp atau Gadget. Dimanakah letak cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya jika yang dirindu adalah manusia kerdil berwajah
nafsu, karena Allah sendiri berfirman, “adapun orang-orang yang beriman,
sangat besar cintanya kepada Allah.” (Qs.Al-Baqarah : 165). Atau bagaimana
dengan keimanan anak muda yang mudah meninggalkan shalat atau bermalas-malasan,
karena yang demikian adalah salah satu dari ciri sifat munafik yang sangat nampak
jelas dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa : 142.
Renungkanlah bahwa masa muda adalah kekuatan yang hanya sekali
diberikan oleh Allah dalam hidup. Dengan kekuatan itu ia dapat menaklukkan
apapun tantangan yang dihadapinya. Lihatlah Abdullah bin Abbas yang menjadi
staf Ahli yang mengurus kekhalifahan pada umur 16 tahun masa Khalifah Umar bin
Khattab, atau Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel pada umur 24
tahun.
Karena tugas pemuda adalah berat, bukan sekedar hidup.
Prof.Dr. Hamka mengatakan dalam bukunya yang berjudul Falsafah Hidup, “kalaulah
sekedar hidup kera di hutan pun hidup, kalaulah sekedar bekerja binatang pun
bekerja, kalaulah sekedar makan kucingpun makan”. Tugas pemuda adalah
membangun peradaban, sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad S.a.w ketika
membangun Kota Madinah adalah dengan 6 orang anak muda yang mempunyai semangat
agama yang tinggi.
Hidup bukan sekedar hidup, syarat mati tidaklah harus
melewai masa tua. Allah sendiri telah menggariskan dengan Sunnatullah-Nya bahwa
kita tidak akan mengetahui apa yang akan kita kerjakan besok, dan kapan kita
akan mati pun masih menjadi hal yang rahasia. “dan Allah telah menciptakan
kamu, kemudian mewafatkanmu, diantara kamu ada yang dikembalikan kepada usia
yang tua renta (pikun), sehingga ia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah
diketahuinya, sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa.” (Qs. An-Nahl :
70).
Dengan demikian, maka sekarang pantaslah kita wajib
merenung tentang prestasi apa yang telah kita capai di usia yang sedang
berjalan ini. Kerugian besar jika kita tidak menggunakan satu kekuatan besar
dengan baik, karena kekuatan itu akan segera beralih pada kelemahan (masa tua).
Jika kita dahulu pernah Nekad berbuat dosa besar, maka tidak adil apabila hari
ini tidak berani Nekad dengan amal yang berpahala besar. Karena muda adalah
Mulia dengan Ibadah.
No comments:
Post a Comment