Anda seorang guru, atau sebagai kariyawan perusahaan. Pernahkah
anda menerima sebuah broadcast dari BBM, Whats Up, SMS dan semacamnya yang
berisi kumpul atau agenda rapat akan dilaksanakan jam sekian di tempat sekian.
Lalu dengan pesan singkat itu anda tergesa-gesa mendatangi tempat rapat
tersebut dengan tujuan agar datang tepat waktu, lalu bagaimana jika anda tidak
bisa datang tepat waktu pada acara meeting tersebut? Pasti anda akan merasa
bersalah, takut tersindir, takut gaji berkurang dan sebagainya. Lalu bagaimana
dengan shalat jama’ah yang setiap hari kita lalaikan? Begitulah cerminan
keadaan tauhid umat kita sekarang.
Setiap umat beragama yang ada di muka bumi ini pasti memiliki kitab
dan ajaran sebagai pedomannya. Umat yang sukses ialah umat yang mampu
menjadikan kitab sucinya sebagai pedoman hidup dan petunjuk jalan menuju
kebahagiaan hidup di dunia dan aherat kelak. Sebagai umat islam kita mengakui
dan memahami bahwa hanya diynul islam lah agama samawi yang diaukui oleh
Allah Swt sebagai agama yang Haqqul Yaqiyn disisi-Nya.
Al-qur’an dan Haditslah yang menjadi pedoman umat muslim sebagai
solusi hidup, bahkan multifungsinya lebih dari itu. Jika kita membuka lembaran awal surat Albaqarah pada permulaan juz Al-qur’an
ayat kedua kita menemukan kata kunci untuk memahami solusi hidup, yaitu “Alqur’an
kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
serta diharuskan mengimani sesuatu yang ghaib. Kita harus meyakini betul bahwa
Allah itu memang benar-benar ada meskipun kita tidak bisa melihatnya dengan
kasat mata akan tetapi kita dapat merasakan keberadaan-Nya melalui bentuk struktur ciptaan-Nya yang beraneka ragam
indahnya, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia
dapat melihat segala penglihatan itu....”(Qs.Al’An’am : 103).
Pendidikan awal yang ditanamkan pada awal surat Albaqarah yaitu
tentang keyakinan isi kandungan Al-qur’an, kewajiban meyakini seluruh isinya
akan kebenaran aksioma secara konprehensif. Mempercayai bahwa negeri yang
bernama aherat itu ada, surga adalah tempat yang agung bagi mereka yang
bertaqwa dan neraka sebagai persinggahan terahir bagi hamba yang kafir dan
tersesat. Di dalam hadits yang mengatakan bahwa shalat adalah amal ibadah yang
paling pertama dihisab di aherat kelak, permasalahannya ialah orang yang shalat
saja diancam celaka oleh Al-qur’an apalagi yang meremehkan shalat bahkan dengan
sengaja meninggalkannya.
Perbedaan antara orang muslim dan kafir adalah bisa dilihat dari
shalatnya. Ibarat sebuah lagu lama tak
terdengar maka shalat berjamaa’ah pun demikian, semua mengetahui itu akan
tetapi tidak semua yang bisa memahaminya. Rasanya agama ini hanya ada pada
ruang diskusi, ruang pembelajaran dalam kelas, agama hanya terbatas pada
masjid, jadi serasa agama itu hanya ada di masjid, keluar dari itu hilanglah
semua nilai substansial yang ada pada agama. pantaslah kebanyakan orang meremehkan
implementsai syari’at sehingga dalam menjalani hidup ini terlalu memudahkan
agama untuk ditinggalkan. Contoh kecilnya saja bisa diambil dari shalat
berjama’ah. Sayyidina Umar Bin Khattab rela melelang kuda terbaiknya dengan
gratis karena ia merasa bersalah terlambat shalat ashar. shalat berjama’ah yang
seharusnya menjadi amal yang berharga mati yang tidak bisa dijual dengan
kegiatan dunia apapun bentuknya.
Ketika seorang muslim meninggalkan shalat berjamaah atau
meremehkannya, ada sesuatu yang hilang pada dirinya yaitu keutamaan yang
terkandung di dalamnya. Dimana keutamaan itu melebihi dunia dan seisinya,
karena shalat berjamaah sendiri merupakan bagian dari pendidikan karakter.
Dalam shalat berjama’ah ada unsur jiwa sosial yang menyatu dan saling berbagi, membiasakan
berkata dan berucap baik melalui kalimat-kalimat yang terucap dalam shalat itu
sendiri, pendidikan untuk disiplin menghargai waktu dan sebagainya.
Coba kita lihat perbedaannya pada remaja zaman sekarang, banyak
yang meninggalkan shalat berjama’ah, melalaikan dan meninggalkannya hanya
karena Gadget, laptop, atau barang elektronik lain yang ada di genggamannya
yang harganya sangat jauh jika dibandingkan dengan kuda milik sahabat Umar bin
khattab. Ini sudah realita dan kita harus mengakui semua itu. Sungguh rendah
nilai keimanan seorang muslim dengan apa yang ia genggam sekarang. Bagaimana
jika ada yang beralasan bahwa ia seorang pebisnis sehingga tidak mempunyai
waktu untuk shalat berjama’ah, kita katakan bisnis juga ada aturan di dalam
Al-qur’an :
“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah aku tunjukkan suatu
perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih. (yaitu) kamu
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu, itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui”(Qs.ASSAF :10-11)
Banyak yang tertipu akan kenikmatan dunia yang fatamorgana ini,
bukan hanya orang awam akan tetapi tipuan juga bisa menimpa kepada orang yang
berilmu, sehingga pantas saja Imam Syafi’i mengatakan “manusia sesungguhnya
mati kecuali orang yang berilmu, orang yang berilmu sesunggunya tidur kecuali
orang yang mengamalkan ilmunya, orang yang mengamalkan ilmunya banyak yang
tertipu kecuali orang yang ikhlas”. Menurut saya hidup itu bukan
permasalahan siapa yang cerdas dan siapa yang bodoh, akan tetapi kehidupan
lebih pada penilaian siapakah yang paling baik amalnya (Qs.Al-Mulk : 2).
Marilah kita meningkatkan keimanan kita dengan membiasakan diri shalat
berjama’ah, jangan kunci hati kita dengan perbudakan dunia yang tidak berharga,
jangan sampai mata kita terlalu lalai memandang keindahan dunia yang semu,
dunia hanya menjadi ladang yang subur untuk kita menanam pohon berupa amal dan
buah pahala yang akan kita rasakan di Surga kelak. Amin.
Apabila dalam satu hari kita mempunyai kesibukan 9 jam untuk
mengurusi urusan dunia maka apa susahnya kita melaksanakan shalat yang hanya
berdurasi 5 menit, sehingga pantaslah di dalam Al-qur’an menghendaki
orang-orang yang berpikir yang mendapatkan petunjuk dari Allah (Qs. Az-zumar :
18). Semua orang tahu akan pentingnya atau kebermanfaatan dalam shalat akan
tetapi tidak semua dapat memahaminya, Ibarat sebuah lagu lama yang jarang
terdengar, semua hafal akan tetapi tidak semua bersinergi mengikuti alur irama
lagu tersebut. Saudara seiman dan seagama marilah kita mentadabburi satu ayat
yang membuat hati tersindir karena dalam ayat ini Allah menyindir dengan sangat
keras terhadap hamba-hamba yang malas dalam ibadah khususnya dalam shalat
berjama’ah.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah,
tetapi Allahlah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia.
Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (Qs.Annisa :142)
Sekian artikel ini penulis bagikan semoga menjadi bermanfaat,
karena orang yang tidak bermanfaat tidak akan bisa mengambil manfaat. Orang
yang berguna tidak akan terkena guna-guna.
hebaaat
ReplyDelete