Melanggar
adalah prestasi, sebuah ungkapan yang akan menarik ulur nafas anda. Karena
memang di zaman yang lekat dan akrab dengan kemaksiatan yang semakin
menjadi-jadi sehingga menjauhkan seorang hamba dari esensi ibadah yang
seharusnya ia raih (ridha Allah). Melanggar adalah sebuah istilah yang
diberikan kepada seseorang yang menyimpang dari peraturan hukum, entah hukum
negara, hukum agama atau hukum yang dibuat oleh pemerintah. Sedangkan prestasi
adalah sebuah ungkapan yang dialamatkan kepada seseorang yang mendapatkan
penghargaaan atas capaian terbaiknya dalam dunia pendidikan atau pencapaian
terbaik dalam hal ibadah kepada Allah, prestasi ini menempuh jalur vertikal
dengan Sang Khaliq disebut prestasi ibadah. Lantas kenapa saya membuat judul diatas
dengan istilah yang bertentangan?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI, online) prestasi mempunyai arti suatu hasil yang telah dicapai dari apa
yang telah dilakukakn. Prestasi akademis hasil pelajaran yang diperoleh dari
kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan
biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.
Prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangakan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru. Dan pada umumnya seseorang yang mendapatkan prestasi akan memperoleh
perasaan “Bangga” dari apa yang telah ia peroleh. Namun bagaimana bila
perspektif tersebut dialihkan kepada ruang lingkup yang negatif?
Sebagaimana yang telah kita lihat
dalam realita sosial, pendidikan, ranah hukum (agama dan negara) dan sebaginya.
Banyak kita temui pelanggaran-pelanggaran yang disengaja dari oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab (kayak berita di tv aja pake istilah oknum segala).
Seperti pencurian, pencabulan di dunia pendidikan, kekerasan, pemerkosaan,
zina, bisa juga seorang santri yang kabur (melanggar) jika dalam ranah
pendidikan pondok pesantren. Yang kesemua itu dapat merusak sendi-sendi nilai
dan dekadensi norma dalam lembaga tersebut, pendek kata melanggar di dunia
pendidikan akan merapuhkan reputasi lembaga tersebut, mengurangi kredibilitas.
melanggar di ranah hukum akan melemahkan kredibilitas lembaga hukum tersebut
dan melanggar aturan agama akan merendahkan reputasi agama tersebut di mata
agama lain.
Pertanyaannya kenapa terjadi banyak
pelanggaran bertebaran di muka bumi ini? Jawabannya sangat mudah, tidak lain
karena para pelaku pelanggaran tersebut menganggap bahwa pelanggaran yang
mereka lakukan adalah sebuah prestasi yang dijadikan sebuah kebanggaan.
Katakanlah seorang anak muda yang melanggar syari’at agama seperti pacaran
(baca, zina) menganggap dirinya telah berprestasi dalam hal memikat hati
wanita, sehingga timbullah kesombongan dalam dirinya yang mengatakan “saya berhasil
menaklukkan hati si mawar (nama samaran), bagaimana dengan kamu”. Seorang
temannya yang konsisten menjalankan syari’ah ahirnya merasa gengsi untuk tetap
jomblo (istiqomah dalam iman) ahirnya timbullah pelanggaran-pelanggaran yang
bercabang dan berantai sehingga semakin menjamur di masyarakat (sampah
masyarakat), padahal apa yang telah dilakukakn pemuda tersebut merupakan
pelanggaran agama yang bisa jadi pelakunya dihukumi zina, atau seorang pemuda
yang sibuk dengan gadget barunya sehingga melalaikannya dari shalat, serta
pemuda yang membonceng lawan jenisnya di jalan-jalan umum layaknya pasangan
suami istri ,mereka merasa “bangga” padahal itu adalah sebuah penodaan agama
(Qs. Annur : 2).
Seorang koruptor yang mengeruk uang
negara dengan sebanyak-banyaknya akan merasa bangga karena merasa telah memilik
prestasi besar, dalam hal ini ia seakan-akan mengikuti perlombaan orang
terkorup se-indonesia, sehingga jumlah koruptor semakin meningkat seiring
meningkatnya jumlah pejabat negara. Dan pelanggaran tersebut mereka anggap
sebagai prestasi, padahal itu adalah sebuah bentuk ketamakan dan pencurian
seseorang yang dapat mengantarkannya ke dalam lubang neraka yang sangat hina
(Qs.Al-Maidah : 38)
Katakanlah seorang guru yang
melakukan pencabulan terhadap anak didiknya, adalah sebuah bentuk dari efek
psikologis yang tidak sehat dari orang tersebut dan ia menganggap itu sebagai
prestasi.
Juga seorang peserta didik yang
melanggar di depan gurunya seperti merokok, melawan guru, kabur dari pondok
pesantren dan sebagainya mereka menganggap semua itu adalah pelanggaran padahal
adalah bentuk kesombongan yang dapat menjauhkannya dari jalan kebenaran dan
keberhasilan yang ia cita-citakan “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini
dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan menembus bumi dan tidak
akan mampu menjulang setinggi gunung (Qs. Al-Isra’ :37).
Pun kalangan mahasiswa yang berdemo
dengan menghancurkan jalan-jalan sehingga membuat kemacetan di jalan raya,
membakar spanduk, ban dan membuat keributan yang mereka anggap sebagai sesuatu
ang kerren dan jagoan, padahal itu merupakan sebuah kesombongan yang besar.
Ahir-ahir ini banyak sekte-sekte
yang bermunculan mengusung tema jihad dan perjuangan melawan kekafiran yang
pada ahirnya menimbulkan kerusakan di muka bumi, pembunuhan yang tidak
dibenarkan oleh agama. Sebagaimana mereka menganggap semua itu adalah sebuah
prestasi yang perlu dibanggakan padahal apa yang telah mereka lakukan telah
jauh dari norma-norma agama bahkan menghancurkan sendi-sendi kredibilitas
keislaman.
Bisa juga kehidupan wanita yang
banyak mengunggah penampilan yang erotis, menampakkan aurat, berpakaian tapi
layaknya tidak berpakaian, mengumbar nafsu, yang kesemuanya itu dianggap
sebagai prestasi kewanitaan, tapi ketahuilah sesungguhnya disitulah terdapat
panah setan yang membuka jalan menuju pintu neraka “kemudian pasti aku akan
mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka.
Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (Qs. Al-A’raf : 17).
Dapat dipahamilah arti dari judul
artikel diatas bahwa pelanggaran yang banyak dilakukan orang karena mereka
menganggap itu semua adalah prestasi yang perlu ditingkatkan, sahabat sekalian
jika kita melanggar sesuatu hukum (syari’at) yang mengakibatkan kita merasa
bangga dan menganggap itu adalah prestasi, maka berhati-hatilah yang saya
takutkan adalah hal itu merupakan perangkap setan yang ingin menjerumuskan kita
kedalam lubang api neraka yang sangat hina dan menghinakan, Na’udzubillah.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca yang dirahmati Allah.
No comments:
Post a Comment