Tuesday, February 3, 2015

MELANGGAR ADALAH PRESTASI

Melanggar adalah prestasi, sebuah ungkapan yang akan menarik ulur nafas anda. Karena memang di zaman yang lekat dan akrab dengan kemaksiatan yang semakin menjadi-jadi sehingga menjauhkan seorang hamba dari esensi ibadah yang seharusnya ia raih (ridha Allah). Melanggar adalah sebuah istilah yang diberikan kepada seseorang yang menyimpang dari peraturan hukum, entah hukum negara, hukum agama atau hukum yang dibuat oleh pemerintah. Sedangkan prestasi adalah sebuah ungkapan yang dialamatkan kepada seseorang yang mendapatkan penghargaaan atas capaian terbaiknya dalam dunia pendidikan atau pencapaian terbaik dalam hal ibadah kepada Allah, prestasi ini menempuh jalur vertikal dengan Sang Khaliq disebut prestasi ibadah. Lantas kenapa saya membuat judul diatas dengan istilah yang bertentangan?
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, online) prestasi mempunyai arti suatu hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukakn. Prestasi akademis hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.
            Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangakan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Dan pada umumnya seseorang yang mendapatkan prestasi akan memperoleh perasaan “Bangga” dari apa yang telah ia peroleh. Namun bagaimana bila perspektif tersebut dialihkan kepada ruang lingkup yang negatif?
            Sebagaimana yang telah kita lihat dalam realita sosial, pendidikan, ranah hukum (agama dan negara) dan sebaginya. Banyak kita temui pelanggaran-pelanggaran yang disengaja dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab (kayak berita di tv aja pake istilah oknum segala). Seperti pencurian, pencabulan di dunia pendidikan, kekerasan, pemerkosaan, zina, bisa juga seorang santri yang kabur (melanggar) jika dalam ranah pendidikan pondok pesantren. Yang kesemua itu dapat merusak sendi-sendi nilai dan dekadensi norma dalam lembaga tersebut, pendek kata melanggar di dunia pendidikan akan merapuhkan reputasi lembaga tersebut, mengurangi kredibilitas. melanggar di ranah hukum akan melemahkan kredibilitas lembaga hukum tersebut dan melanggar aturan agama akan merendahkan reputasi agama tersebut di mata agama lain.
            Pertanyaannya kenapa terjadi banyak pelanggaran bertebaran di muka bumi ini? Jawabannya sangat mudah, tidak lain karena para pelaku pelanggaran tersebut menganggap bahwa pelanggaran yang mereka lakukan adalah sebuah prestasi yang dijadikan sebuah kebanggaan. Katakanlah seorang anak muda yang melanggar syari’at agama seperti pacaran (baca, zina) menganggap dirinya telah berprestasi dalam hal memikat hati wanita, sehingga timbullah kesombongan dalam dirinya yang mengatakan “saya berhasil menaklukkan hati si mawar (nama samaran), bagaimana dengan kamu”. Seorang temannya yang konsisten menjalankan syari’ah ahirnya merasa gengsi untuk tetap jomblo (istiqomah dalam iman) ahirnya timbullah pelanggaran-pelanggaran yang bercabang dan berantai sehingga semakin menjamur di masyarakat (sampah masyarakat), padahal apa yang telah dilakukakn pemuda tersebut merupakan pelanggaran agama yang bisa jadi pelakunya dihukumi zina, atau seorang pemuda yang sibuk dengan gadget barunya sehingga melalaikannya dari shalat, serta pemuda yang membonceng lawan jenisnya di jalan-jalan umum layaknya pasangan suami istri ,mereka merasa “bangga” padahal itu adalah sebuah penodaan agama (Qs. Annur : 2).
            Seorang koruptor yang mengeruk uang negara dengan sebanyak-banyaknya akan merasa bangga karena merasa telah memilik prestasi besar, dalam hal ini ia seakan-akan mengikuti perlombaan orang terkorup se-indonesia, sehingga jumlah koruptor semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah pejabat negara. Dan pelanggaran tersebut mereka anggap sebagai prestasi, padahal itu adalah sebuah bentuk ketamakan dan pencurian seseorang yang dapat mengantarkannya ke dalam lubang neraka yang sangat hina (Qs.Al-Maidah : 38)
            Katakanlah seorang guru yang melakukan pencabulan terhadap anak didiknya, adalah sebuah bentuk dari efek psikologis yang tidak sehat dari orang tersebut dan ia menganggap itu sebagai prestasi.
            Juga seorang peserta didik yang melanggar di depan gurunya seperti merokok, melawan guru, kabur dari pondok pesantren dan sebagainya mereka menganggap semua itu adalah pelanggaran padahal adalah bentuk kesombongan yang dapat menjauhkannya dari jalan kebenaran dan keberhasilan yang ia cita-citakan “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung (Qs. Al-Isra’ :37).
            Pun kalangan mahasiswa yang berdemo dengan menghancurkan jalan-jalan sehingga membuat kemacetan di jalan raya, membakar spanduk, ban dan membuat keributan yang mereka anggap sebagai sesuatu ang kerren dan jagoan, padahal itu merupakan sebuah kesombongan yang besar.
            Ahir-ahir ini banyak sekte-sekte yang bermunculan mengusung tema jihad dan perjuangan melawan kekafiran yang pada ahirnya menimbulkan kerusakan di muka bumi, pembunuhan yang tidak dibenarkan oleh agama. Sebagaimana mereka menganggap semua itu adalah sebuah prestasi yang perlu dibanggakan padahal apa yang telah mereka lakukan telah jauh dari norma-norma agama bahkan menghancurkan sendi-sendi kredibilitas keislaman.
            Bisa juga kehidupan wanita yang banyak mengunggah penampilan yang erotis, menampakkan aurat, berpakaian tapi layaknya tidak berpakaian, mengumbar nafsu, yang kesemuanya itu dianggap sebagai prestasi kewanitaan, tapi ketahuilah sesungguhnya disitulah terdapat panah setan yang membuka jalan menuju pintu neraka “kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (Qs. Al-A’raf : 17).
            Dapat dipahamilah arti dari judul artikel diatas bahwa pelanggaran yang banyak dilakukan orang karena mereka menganggap itu semua adalah prestasi yang perlu ditingkatkan, sahabat sekalian jika kita melanggar sesuatu hukum (syari’at) yang mengakibatkan kita merasa bangga dan menganggap itu adalah prestasi, maka berhati-hatilah yang saya takutkan adalah hal itu merupakan perangkap setan yang ingin menjerumuskan kita kedalam lubang api neraka yang sangat hina dan menghinakan, Na’udzubillah. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca yang dirahmati Allah.

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...