Oleh:
Ma’zum H.S
Untuk
para penghafal Qur’an. Khususnya anak-anak RUFAQA yang sedang menjalani liburan. Saya tidak
bisa menyapa satu persatu dari kalian. Tetapi insya Allah melalui tulisan ini,
semoga sedikit memberi kita pencerahan dan motivasi tentang menghafal
al-Qur’an.
Masa-masa
liburan akan segera usai. Akan tetapi jangan hal ini dijadikan alasan untuk
tidak muroja’ah. Baiklah langsung saja, tatkala di pondok sering kali
kita beralasan kekurangan waktu untuk menghafal dan mengulang hafalan.
Alhamdulillah, dengan ketentuan Allah kita diberikan waktu yang sangat luang
dengan adanya liburan ini. Masihkah kita beralasan untuk tidak mengulang
hafalan?
Silahkan
dijawab dalam hati masing-masing. Beberapa alasan bisa jadi sebagai berikut;
manfaatkan liburan dengan refresing sebanyak mungkin, buat apa sih menghafal
Qur’an, kayak gak ada kerjaan lain aja. Atau alasan dari orang lain yang
menjuluki kita sebagai sok alim, ehh nanti aja yah menghafalnya setelah lulus,
sekarang fokus belajar dulu. Jangan memaksa anak kecil menghafal. Bahkan yang
paling ironisnya lagi adalah tatkala terlalu lama waktu kita bersama Qur’an,
dianggap aneh. Dan berbagai macam alasan lainnya.
Saya
katakana, “Orang pesimis selalu memberikan 1000 alasan untuk gagal, sedangkan
orang optimis mempunyai 1000 alasan untuk berhasil.” Apapun halangan dalam
menghafal Qur’an, bisa jadi karena banyak dosa, rasa cinta terhadap al-Qur’an
berkurang, atau terlalu fokus terhadap hal-hal duniawi yang bersifat
melalaikan. Untuk itu, lihatlah kehidupan Salafussalih serta memandang
keutamaan dalam menghafal al-Qur’an.
Diriwayatkan
dari Ibnu Abi Daud tentang kebiasaan Salafussalih Radhiallahu ‘anhum. Bahwa
dari mereka ada yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam dua bulan satu kali khatam,
ada pula dalam satu bulan satu kali khatam, sepuluh malam satu kali khatam,
setiap delapan malam satu kali khatam. Dan kebanyakan setiap tujuh malam
khatam. Ada pula setiap enam malam, lima
malam, empat malam, dan banyak lagi khatam setiap tiga malam. Ada pula setiap
dua malam khatam.
Lebih dari itu, ada yang mengkhatamkan dalam satu hai
satu malam, satu kali khatam. Dua kali khatam dalam satu hari-satu malam. Ada
pula tiga kali khatam dalam satu hari. Delapan kali khatam dalam sehari, yakni
empat kali khatam di malam hari dan empat kali di siangnya. (Kitab, At-Tibyan
fi adabi Hamalatil Qur’an:47). Mereka mampu melakukan seperti itu, tidak lain
karena rasa cinta terhadap al-Qur’an begitu tinggi.

Para
ahli ibadah di kalangan Tabi’in mengkhatamkan al-Qur’an
di antara waktu Zhuhur dan Ashar, di antara waktu Maghrib dan Isya’, dan di
bulan Ramadhan mengkhatamkan dua kali dan lebih.
Demikian
keshalihan generasi yang tidak kita dapati pada zaman now. Keistimewaan yang
lain lebih banyak dari itu, hanya saja saya sengaja tidak menuliskan semuanya.
Untuk mempersingkat pembahasan dan menajamkan perenungan kita mengapa saat ini
bahkan untuk menghafal terasa berat, muroja’ah apalagi.
Tugas Mulia
Mari merubah pola pikir kita. Jangan lagi mengatakan
menghafal al-Qur’an susah, karena Allah Swt. Telah menjamin di dalam firman-Nya
sebanyak kurang lebih lima kali. Ketika Allah sudah menjamin kemudahan, apakah
kita masih ragu? Ketika Allah menjamin kemuliaan dengan al-Qur’an apakah kita
masih ragu dengan mencari sesuatu yang memalingkan darinya? Padahal al-Qur’an
kitab yang tidak ada keraguan “La-Royba” di dalamnya (Qs.02:02). Ragu
saja tidak boleh, apalagi tidak percaya. Atau dengan alasan takut menghafal
Qur’an, takut tidak bisa menjaganya? Ketahuilah, kalian hidup bukan untuk saat
ini saja, masa depan masih jauh. Yang harus ditakutkan adalah bagaimana jika
anak-anak kalian nantinya tidak mengenal al-Qur’an?
Merubah pola pikir. Menghafal al-Qur’an adalah tugas yang
mulia. Dijelaskan dalam Kitab Fadhailul A’mal yang disusun oleh Maulana
Muhammad Zakariyya al-Khandalawi rah.a. semoga kita mendapat manfaat ilmu dari
beliau. Bahwa menghafal beberapa ayat al-Qur’an untuk menunaikan shalat
hukumnya fardhu ‘ain, sedangkan menghafal seluruh ayat al-Qur’an hukumnya
fardhu kirafah.
Jika tidak ada seorang pun yang hafizh al-Qur’an, maka
seluruh kaum muslimin berdosa. Mulla Ali Qari rah.a. meriwayatkan dari
az-Zarkasyi rah.a. bahwa ia berkata, “Jika dalam suatu kampung atau kota tidak
ada seorang pun penduduknya yang membaca al-Qur’an, maka semua penduduk kampung
itu berdosa.” (Zakariyya, Fadhilah A’mal: 08). Menjadi tugas mulia apabila
kalian menjadi orang pertama di kampung/daerah kalian sebagai penghafal Qur’an.
Yakni menyelamatkan dosa suatu kaum dengan menghafal al-Qur’an.

No comments:
Post a Comment