Tuesday, January 9, 2018

Untuk Para Penghafal Qur’an



Oleh: Ma’zum H.S

Untuk para penghafal Qur’an. Khususnya anak-anak RUFAQA  yang sedang menjalani liburan. Saya tidak bisa menyapa satu persatu dari kalian. Tetapi insya Allah melalui tulisan ini, semoga sedikit memberi kita pencerahan dan motivasi tentang menghafal al-Qur’an. 

Masa-masa liburan akan segera usai. Akan tetapi jangan hal ini dijadikan alasan untuk tidak muroja’ah. Baiklah langsung saja, tatkala di pondok sering kali kita beralasan kekurangan waktu untuk menghafal dan mengulang hafalan. Alhamdulillah, dengan ketentuan Allah kita diberikan waktu yang sangat luang dengan adanya liburan ini. Masihkah kita beralasan untuk tidak mengulang hafalan?

Silahkan dijawab dalam hati masing-masing. Beberapa alasan bisa jadi sebagai berikut; manfaatkan liburan dengan refresing sebanyak mungkin, buat apa sih menghafal Qur’an, kayak gak ada kerjaan lain aja. Atau alasan dari orang lain yang menjuluki kita sebagai sok alim, ehh nanti aja yah menghafalnya setelah lulus, sekarang fokus belajar dulu. Jangan memaksa anak kecil menghafal. Bahkan yang paling ironisnya lagi adalah tatkala terlalu lama waktu kita bersama Qur’an, dianggap aneh. Dan berbagai macam alasan lainnya. 

Saya katakana, “Orang pesimis selalu memberikan 1000 alasan untuk gagal, sedangkan orang optimis mempunyai 1000 alasan untuk berhasil.” Apapun halangan dalam menghafal Qur’an, bisa jadi karena banyak dosa, rasa cinta terhadap al-Qur’an berkurang, atau terlalu fokus terhadap hal-hal duniawi yang bersifat melalaikan. Untuk itu, lihatlah kehidupan Salafussalih serta memandang keutamaan dalam menghafal al-Qur’an.

            Diriwayatkan dari Ibnu Abi Daud tentang kebiasaan Salafussalih Radhiallahu ‘anhum. Bahwa dari mereka ada yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam dua bulan satu kali khatam, ada pula dalam satu bulan satu kali khatam, sepuluh malam satu kali khatam, setiap delapan malam satu kali khatam. Dan kebanyakan setiap tujuh malam khatam. Ada pula setiap enam malam,  lima malam, empat malam, dan banyak lagi khatam setiap tiga malam. Ada pula setiap dua malam khatam. 

            Lebih dari itu, ada yang mengkhatamkan dalam satu hai satu malam, satu kali khatam. Dua kali khatam dalam satu hari-satu malam. Ada pula tiga kali khatam dalam satu hari. Delapan kali khatam dalam sehari, yakni empat kali khatam di malam hari dan empat kali di siangnya. (Kitab, At-Tibyan fi adabi Hamalatil Qur’an:47). Mereka mampu melakukan seperti itu, tidak lain karena rasa cinta terhadap al-Qur’an begitu tinggi.

Yang lebih dari itu, ada yang mengkhatamkan al-Qur’an lima kali dalam sehari. Utsman bin Affan r.a, Tamim Ad-Dariy, Sa’id bin Jubair, Mujahid, As-Syafi’I dan lainnya mengkhatamkan al-Qur’an tiga kali khataman dalam satu hari.
Para ahli ibadah di kalangan Tabi’in mengkhatamkan al-Qur’an di antara waktu Zhuhur dan Ashar, di antara waktu Maghrib dan Isya’, dan di bulan Ramadhan mengkhatamkan dua kali dan lebih.
 
                Demikian keshalihan generasi yang tidak kita dapati pada zaman now. Keistimewaan yang lain lebih banyak dari itu, hanya saja saya sengaja tidak menuliskan semuanya. Untuk mempersingkat pembahasan dan menajamkan perenungan kita mengapa saat ini bahkan untuk menghafal terasa berat, muroja’ah apalagi.

Tugas Mulia

            Mari merubah pola pikir kita. Jangan lagi mengatakan menghafal al-Qur’an susah, karena Allah Swt. Telah menjamin di dalam firman-Nya sebanyak kurang lebih lima kali. Ketika Allah sudah menjamin kemudahan, apakah kita masih ragu? Ketika Allah menjamin kemuliaan dengan al-Qur’an apakah kita masih ragu dengan mencari sesuatu yang memalingkan darinya? Padahal al-Qur’an kitab yang tidak ada keraguan “La-Royba” di dalamnya (Qs.02:02). Ragu saja tidak boleh, apalagi tidak percaya. Atau dengan alasan takut menghafal Qur’an, takut tidak bisa menjaganya? Ketahuilah, kalian hidup bukan untuk saat ini saja, masa depan masih jauh. Yang harus ditakutkan adalah bagaimana jika anak-anak kalian nantinya tidak mengenal al-Qur’an?

            Merubah pola pikir. Menghafal al-Qur’an adalah tugas yang mulia. Dijelaskan dalam Kitab Fadhailul A’mal yang disusun oleh Maulana Muhammad Zakariyya al-Khandalawi rah.a. semoga kita mendapat manfaat ilmu dari beliau. Bahwa menghafal beberapa ayat al-Qur’an untuk menunaikan shalat hukumnya fardhu ‘ain, sedangkan menghafal seluruh ayat al-Qur’an hukumnya fardhu kirafah.
            Jika tidak ada seorang pun yang hafizh al-Qur’an, maka seluruh kaum muslimin berdosa. Mulla Ali Qari rah.a. meriwayatkan dari az-Zarkasyi rah.a. bahwa ia berkata, “Jika dalam suatu kampung atau kota tidak ada seorang pun penduduknya yang membaca al-Qur’an, maka semua penduduk kampung itu berdosa.” (Zakariyya, Fadhilah A’mal: 08). Menjadi tugas mulia apabila kalian menjadi orang pertama di kampung/daerah kalian sebagai penghafal Qur’an. Yakni menyelamatkan dosa suatu kaum dengan menghafal al-Qur’an.

Yakinlah, bahwa puncak kenikmatan ada pada al-Qur’an. Silahkan memuaskan telinga dengan mendengarkan musik apapun yang kalian senangi, atau dengan hal-hal yang bersifat duniawi lainnya. Tetapi, semua kenikmatan itu kering seakan menjauhkan kita dari al-Qur’an yang dihafal. Dan rasa kenikmatan terhadap membaca al-Qur’an pun berkurang karena kecintaan kita terhadap musik.

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...