Tuesday, December 26, 2017

Nikmat Mana Yang Sudah Kau Syukuri


Oleh: Ma'zumi H.S

Sudah menjadi rutinitas dalam lembaga pendidikan, mengadakan ujian sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam proses belajar. Termasuk di Lembaga Pendidikan Pesantren yang lebih menekankan kurikulum pada hafalan dan kajian literatur agama. Saat ini, tengah berlangsung Ujian Akhis Semester I (UAS).


Namun, yang membedakan lembaga pendidikan pesantren (baca:pesantren modern) dengan sekolah umum adalah penguasaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar atau percakapan sehari-hari. Termasuk proses ujian, dibagi menjadi dua: Ujian lisan dan tulis.

Singkat cerita, seorang guru/Ustaz menguji materi Fiqh yang di dalamnya terdapat materi tajwid, qiro'atul Qur'an, Qiro'atul kutub, doa-doa harian, serta amaliyah/praktek Ibadah. Beberapa santri dari kelompok lain sudah selesai diuji. Tinggal satu orang santriwati yang terakhir diuji.

Ustaz: "Apa yang dimaksud dengan fiqh secara bahasa/istilah".
Santriwati: "Fiqh adalah harta tertentu yang dikeluarkan  dlm waktu tertentu, untuk kelompk trntntu"

Mendengar jawaban santriwati tersebut, Sang Ustaz kaget. Sebab, pertanyaan mudah sebagai pembuka tidak mampu ia jawab. Dalam hati berpikir, mungkin dia gugup sehingga tidak sanggup menjawab pertanyaan dengan baik.

Akan tetapi, setelah beranjak pada beberapa pertanyaan berikutnya. Santriwati tersebut tidak mampu menjawab. Jika ia menjawab, itupun hanya pertanyaan-pertanyaan mudah dan tidak dijawab sempurna. Akhirnya Sang Ustaz bertanya dengan pertanyaan yang paling mudah.

Ustaz: "Coba bacakan doa makan!".
Santriwati: "Maaf Ustaz, tidak bisa." Jawabnya dengan nada sedikit berat.

Bukan hanya itu, penguji memberikan pertanyaan dengan hafalan surat-surat pendek. Akan tetapi, jawabannya tetaplah demikian. Akhirnya penguji bertanya, untuk mengetes kendala apa yang sebenarnya ada pada santriwati tersebut.

Ustaz/Penguji: "Umur kamu berapa tahun?"
Santriwati: "16 Tahun Ustaz." Jawabnya dengan sedikit gemetar.
Penguji: "Umurmu yang sekian seharusnya lebih mudah untuk menghafal, apa kendalamu dalam mengfahal?". Tegur Sang Ustaz penasaran.

Santriwati: "Maaf Ustaz, saya memiliki penyakit mata dan fisik yang cenderung lemah. Jika dipaksakan begadang malam, maka tidak kuat untuk belajar. Bisa jadi akan membuat sakit. Beberapa hari yang lalu saya dioperasi. Tatkala operasi, ada cairan dari dalam mata yang disedot. Saya tidak tau itu cairan apa, dan juga tidak mengetahui penyakit apa sebenarnya yang menimpaku. Tatkala bertanya kepada dokter dan keluarga, mereka tidak menjawab. Yang saya alami, tatkala belajar terlalu serius. Mata ini tidak bisa diajak kompromi, sakit mata ini menjalar ke saraf2 otak."

Kemudian sang Ustaz tersebut menyimpulkan bahwa bisa jadi, kelemahannya dalam menghafal dan memahami ilmu susah dikarenakan sakit yang dideritanya. Padahal, ia adalah termasuk anak yang rajin belajar. Sungguh, cerita tersebut menjadi pelajaran bagi kita yang memiliki fisik sehat, akan tetapi menikmati zona nyaman tanpa melakukan hal2 besar.

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...