Saturday, August 25, 2018

MENULIS MENUJU KEMERDEKAAN BERPIKIR



Oleh: Ma’zumi 

            Beberapa hari yang lalu seluruh masyarakat Indonesia merayakan eurforia kemerdekaan tuju puluh tiga tahun. Even tahunan ini, jika ingin dikritisi secara matang masih cenderung mengurusi hal yang “Remeh-temeh.”  Beragam jenis perlombaan yang kurang bernilai akademis. Akibatnya, nilai-nilai patriotisme yang ditanamkan para leluhur bangsa, sekejap hilang bersama teriak-tawa.

            Tulisan ini hanya ingin mengajak merenung. Seandainya mereka masih hidup, ridhokah mereka melihat gelak-tawa memeriahkan euforia tersebut? Sedangkan mereka rela memperjuangkan 
tanah air dengan kobaran api semangat, lautan keringat yang dibanjiri darah mulia para syuhada.

            Penulis pernah membaca pendapat seorang tokoh pengamat sejarah yang mengatakan, “Indonesia masih dijajah 1000 tahun lagi.” Ironis memang. Namun hal tersebut membuktikan kepada kita bahwa Indonesia masih mempunyai PR berat untuk memerdekakan bangsanya. Merdeka dalam berpikir, merdeka dalam menyampaikan pendapat di muka umum.


            Menulis menjadi salah satu metode atau langkah untuk memerdekakan pola pikir siswa secara akademis. Ada ungkapan menarik dari salah satu mentor saya, al-Ustaz Yudi Nurhadi. Beliau mengatakan, “Dengan menjadi penulis, kita merdeka secara berpikir.” Di sela-sela wawancara, ada kutipan menarik dari A. Fuadi (Novelis, Buku Negeri Lima Menara). Ia mengatakan, “Jangan terlalu fokus kepada Iqra (membaca) tetapi harus Uktub (Menulis).

            Kalimat sederhana tapi mempunyai makna yang dalam. Sebab, sepanjang penulis ketahui masih kurangnya perhatian dunia/lembaga pendidikan terhadap ranah literasi yang khusus pada bidang menulis. Akibatnya, nalar analisis pada siswa terkungkum dalam pemahaman yang sempit dan cenderung berpikir pragmatis.
          
Hakikatnya, lembaga pendidikan dan beragam aktifitas akademis di dalamnya tidak terlepas dari budaya literasi. Mengingat hal ini akan menjadikan nalar berpikir kaum terpelajar terpancing menjadi emosi berpikir kreatif akademis. Sumber buku perpustakaan yang minim, kurangnya minat membaca nampaknya masih menjadi masalah yang serius. Penyakit kronis yang amat susah untuk disembuhkan. 


Dilansir dari situs CNN Indonesia. Minat baca masyarakat Indonesia disebut masih rendah bila dibandingkan negara lain. Dari data Perpustakaan Nasional tahun 2017, frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata hanya tiga sampai empat kali per minggu. Sementara jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya lima hingga sembilan buku per tahun.

Dliansir dari Kompas (9 april 2018) memberitakan tentang survei Unesco di tahun 2012. Minat baca orang Indonesia mengkhawatirkan. Menurut survei UNESCO 2012, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen: di antara 1.000 warga negara Indonesia, hanya ada seorang yang serius baca.

Miris memang. Namun seperti itu realita di lapangan. Menulis memang mempunyai manfaat yang beragam. Salah satunya adalah pemikiran kita bisa dikenal oleh seseorang. Manfaat menulis tidak akan hilang meskipun penulis sudah terkubur di dalam tanah. Teringat ungkapan Chairil Anwar, “Aku ingin hidup 1000 tahun lagi.” Terbukti. Sampai saat ini karya-karyanya masih bisa dinikmati penikmat sastra.


Tidak lupa ulama-ulama terdahulu yang saat karya pemikiran mereka “Tertulis” dalam bentuk kitab-kitab klasik. Masih bermanfaat keilmuannya. Terbayang, seberapa besar keberkahan/pahala yang mengalir hingga saat ini. Namun, dalam tulisan ini hanya mengajak pembaca untuk menuju kemerdekaan berpikir. Tidak terkekang dalam pemahaman yang sempit.

Untuk itu, tatkala lembaga pendidikan tidak memperhatikan dunia literasi. Maka bersiap-siaplah mencetak generasi pelajar pragmatis. Hal yang menjadi problematika besar adalah, pendidik tidak mampu membedakan antara lembaga pendidikan dan lembaga bisnis. Tidak pula mampu menganalisis lembaga pendidikan dan lembaga politik. Mengejar kuantitas tetapi apatis terhadap kualitas.

No comments:

Post a Comment

Tugas Mapel Al-Qur'an dan Hadits Kelas XI A dan B MA Misbahunnur

Clue: *Untuk Dapat Menjawab Pertanyaan Materi Al-Qur'an dan Hadits maka ada syarat dan ketentuan yang harus dikerjakan. *Syaratanya a...